KOMPAS.com - Di tengah berbagai tantangan global, Indonesia terus mampu menunjukkan ketangguhannya dengan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kuat.
Selama satu dekade terakhir, Indonesia berhasil mempertahankan laju pertumbuhan yang konsisten di kisaran 5 persen.
Capaian itu menjadi bukti bahwa Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga terus bergerak maju dengan fundamental ekonomi yang kokoh, stabilitas makroekonomi yang terjaga, serta peningkatan kesejahteraan sosial yang nyata.
Keberhasilan itu tak lepas dari beragam kebijakan yang berfokus pada transformasi struktural dan penguatan sektor-sektor unggulan.
Dengan fondasi ekonomi yang kuat, Indonesia siap menghadapi masa depan, merangkul peluang global, dan terus berkontribusi dalam peta ekonomi dunia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, jika melihat tren pertumbuhan ekonomi relatif dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah bisa menjaganya pada 5 persen dan diikuti inflasi rendah sebesar 2,5 persen.
Baca juga: Airlangga Klaim Prakerja Dicontoh Kamboja, Thailand, hingga Maroko
“Nah, kalau kami lihat, 10 tahun yang lalu inflasi kita di atas 8,36 persen. Jadi, inflasi sudah turun jauh lebih rendah sehingga pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan 10 tahun yang lalu, kita lebih berkualitas,” ujarnya dalam melansir ekon.go.id, Kamis (3/9/2024).
Dia menyebutkan, akibat dari inflasi yang rendah juga berdampak pada tingkat suku bunga.
“Kan kita di periode ini sudah single digit suku bunga perbankan, bahkan sebelumnya kan double digit,” jelas Menko Airlangga.
Dalam periode ini, tingkat kemiskinan turun signifikan dari 11,25 persen menjadi sekitar 9 persen, dan kemiskinan ekstrem mendekati nol.
Lapangan kerja juga meningkat drastis, dengan jumlah pekerja kini mencapai 142 juta orang dibandingkan 118 juta pada 2014.
Selain itu, cadangan devisa negara melonjak dari 100 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2014 menjadi 150 miliar dollar AS pada 2024.
Baca juga: Anindya Bakrie Minta Bocoran ke Airlangga soal Kebijakan Ekonomi Prabowo
Meski demikian, Menko Airlangga menegaskan pentingnya upaya ekstra agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih optimal dan target pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen dapat tercapai.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi global yang melambat membuat pencapaian target itu menjadi lebih menantang.
Lebih lanjut, Menko Airlangga juga menyampaikan terkait fokus Indonesia dalam upaya diversifikasi pasar ekspor ke Eropa dan AS.
Hal itu dilakukan sembari mendorong perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif (CEPA).
Upaya itu dilakukan untuk menurunkan tarif masuk yang saat ini masih tinggi, dibandingkan dengan negara-negara seperti Vietnam.
Menko Airlangga juga menyoroti pentingnya mencapai kemandirian pangan sebagai bagian dari strategi ekonomi jangka panjang Indonesia.
Di tengah tantangan perubahan iklim dan ketergantungan pada impor pangan, pemerintah terus berupaya meningkatkan produktivitas sektor pertanian melalui pengembangan food estate dan modernisasi teknologi pertanian.
Langkah itu akan mendukung ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global yang semakin berat.
Menko Airlangga juga menegaskan peran anggaran negara sangat penting sebagai shock absorber bagi perekonomian Indonesia, terutama karena status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah.
Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang tepat, Menko Airlangga meyakini bahwa Indonesia akan terus maju di tengah tantangan global dan tetap berada di jalur menuju Indonesia Emas 2045.