KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV-2023 mencatatkan angka solid sebesar 5,04 persen year-on-year (YoY), atau lebih tinggi dari triwulan III-2023 yang tumbuh sebesar 4,94 persen YoY.
Pertumbuhan itu adalah hal yang positif di tengah berbagai tantangan ekonomi global, seperti potensi perlambatan ekonomi, peningkatan ketegangan geopolitik, risiko inflasi, dan perubahan iklim pada 2023.
Secara full year, pertumbuhan ekonomi nasional di sepanjang tahun 2023 juga mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 5,05 persen cumulative-to-cumulative (ctc).
“Kalau kita lihat dengan angka ini maka angka kita lebih tinggi dari consensus forecast yang pada waktu itu diperkirakan pertumbuhan ekonomi kita (Indonesia) di tahun 2023 adalah 5,03 persen,” ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto dalam pernyataan tertulis yang dikutip melalui ekon.go.id, Rabu (21/2/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Airlangga dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2023, Senin (5/2/2024).
Baca juga: PGN Catat Laba Bersih 198,5 Juta Dollar AS di Triwulan III 2023
Secara lebih rinci, capaian positif pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV-2023 tersebut ditopang oleh peningkatan kinerja sejumlah komponen pada sektor lapangan usaha.
Sektor konstruksi, misalnya, mampu mencatat pertumbuhan sebesar 7,68 persen YoY dan menjadi kontributor pertumbuhan terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,07 persen YoY.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi secara full year pada 2023, yang menunjukkan kinerja impresif, juga didukung oleh pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,82 persen YoY, serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mencapai 4,40 persen YoY.
Lebih lanjut, dari sisi lapangan usaha, sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 13,96 persen YoY.
Baca juga: Jepang dan Inggris Resesi, Sri Mulyani: Memang Ekonomi Mereka Sudah Lemah
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 9,83 persen YoY.
Terjaganya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB, serta peningkatan pertumbuhan sektor konstruksi tersebut merupakan hasil dari upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk merangsang perekonomian nasional pada triwulan IV-2023.
Upaya tersebut meliputi stimulus bagi sektor perumahan melalui kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN) perumahan yang ditanggung pemerintah, pemberian subsidi biaya administrasi untuk perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, penebalan bantuan sosial (bansos) untuk mengatasi dampak El Nino dan menjaga daya beli, serta percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendukung penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Secara spasial, seluruh wilayah di Indonesia juga terus mengalami penguatan, dengan Pulau Jawa menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, mencapai 57,05 persen.
Baca juga: Mengenal Istilah PDB, Pengertian, dan Kegunaannya
Pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga terjadi di Provinsi Maluku Utara sebesar 20,49 persen, dan Sulawesi Tengah (Sulteng) sebesar 11,91 persen, yang didukung oleh kinerja industri pengolahan logam dasar sebagai hasil dari kebijakan hilirisasi.
Dengan berbagai pencapaian dalam kondisi perekonomian nasional tersebut, Indonesia telah berhasil menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat dan konsisten, serta berada pada level yang tinggi jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain.
Pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2023 juga berhasil melampaui beberapa negara rekan sejawatnya, seperti Malaysia (3,77 persen) dan Korea Selatan (Korsel) (1,36 persen).
Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara G-20 seperti Amerika Serikat (AS) (2,5 persen), Perancis (0,9 persen), dan Jerman yang mengalami kontraksi (-0,3 persen).
Baca juga: Dipuji World Bank, Stabilitas Perekonomian Nasional Terus Diperkuat lewat Akselerasi Ekonomi Digital
Ke depan, prospek perekonomian nasional dinilai masih akan mengalami pertumbuhan optimal, yang dibuktikan oleh angka Indeks Manufaktur Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia yang terus berada pada tingkat ekspansif pada Januari 2024, mencapai 52,9.
Hal tersebut memberikan optimisme bahwa ekonomi nasional semakin membaik, dan dan menjadi modal bagi pencapaian target ekonomi di masa depan seiring dengan proyeksi perbaikan ekonomi global.
Airlangga mengatakan, dengan proyeksi yang ada, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025 telah diprediksi oleh berbagai lembaga.
"International Monetary Fund (IMF) masih memprediksi (pertumbuhan) kita di angka 5 persen, kemudian World Bank antara 4,9 persen-5 persen, dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) di angka 5,2 persen, jauh di atas rata-rata proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dan di atas pertumbuhan ekonomi emerging market seperti Tiongkok,” imbuh Airlangga.
Baca juga: Akankah Tiongkok Melakukan Invasi terhadap Taiwan?
Oleh karena itu, lanjut dia, kebijakan berkelanjutan yang diambil menjadi kunci pertumbuhan perekonomian ke depan, meskipun pemerintah menyadari adanya risiko-risiko di masa mendatang.
Untuk memastikan stabilitas dan ketahanan ekonomi ke depan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan prioritas. Hal ini termasuk revitalisasi mesin konvensional melalui peningkatan produktivitas dan daya saing melalui Program Kartu Prakerja, pelatihan vokasi, dan implementasi Undang-undang Cipta Kerja (UUCK).
Selain itu, ada juga pembangunan infrastruktur melalui kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN), pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) dan kereta cepat, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, serta reforma agraria.
Ekspansi kerja sama internasional dan penguatan ketahanan pangan juga menjadi fokus utama dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Baca juga: Penerapan Good Governance Berbasis Digital Lebih Baik, Indeks SPBE Kemenko Perekonomian Meningkat
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong lahirnya mesin perekonomian baru melalui digitalisasi, transisi menuju energi berkelanjutan, dan industrialisasi dengan hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Selanjutnya, penguatan ketahanan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat akan menjadi fokus Pemerintah melalui berbagai program perlindungan sosial, termasuk upaya untuk menjaga daya beli masyarakat rentan, pendanaan mikro, dan program padat karya tunai.
Adapun mengenai kontribusi kontestasi politik dalam pemilu terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2023, Airlangga menjelaskan bahwa kontribusi tersebut terlihat dari lonjakan pertumbuhan konsumsi LNPRT yang mencapai angka dua digit sebesar 18,11 persen YoY.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh pengeluaran politik seiring dengan diselenggarakannya serangkaian kegiatan pemilihan umum (pemilu).