KOMPAS.com – Industri otomotif merupakan salah satu kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini, setidaknya terdapat 26 perusahaan produsen kendaraan bermotor roda empat dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun.
Tak hanya itu, industri otomotif juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 38.000 orang. Tak hanya itu, industri otomotif telah memberdayakan lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai pasok otomotif, mulai dari tier 1 hingga 3.
Data Gaikindo menunjukkan, penjualan wholesales kendaraan bermotor roda empat atau lebih untuk domestik mencapai 80.270 unit pada Oktober 2023. Sementara, secara kumulatif dari Januari hingga Oktober 2023 mencapai sebanyak 836.048 unit.
Apabila menilik sisi kinerja ekspor, jumlah mobil yang diekspor secara kumulatif mencapai 426.381 unit untuk periode Januari hingga Oktober 2023. Angka ini naik sekitar 10,9 persen jika dibandingkan periode sama pada 2022, yaitu sebanyak 384.592 unit.
Baca juga: Industri Otomotif Nasional Masih Jadi Bisnis yang Menjanjikan
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) Indonesia saat ini mendapatkan momentum baik. Hal ini didukung kondisi Indonesia yang merupakan produsen bahan mineral logam nikel terbesar di dunia.
“Bahan tersebut banyak digunakan dalam ekosistem produksi kendaraan listrik sebagai bahan baku dari baterai kendaraan listrik,” ujar Airlangga dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (3/12/2023).
Terkait upaya percepatan produksi kendaraan listrik (electronic vehicle/EV) di Indonesia, Airlangga mengapresiasi komitmen PT Chery Motor Indonesia dan PT Handal Indonesia Motor yang akan merealisasikan upaya tersebut.
Menurutnya, kontribusi tersebut akan turut bermanfaat dalam pengembangan industri otomotif yang bertransformasi menuju era elektrifikasi dan ekosistem ramah lingkungan.
Baca juga: Ekosistem Lengkap, Indonesia Siap Jadi Pemain Kendaraan Listrik Global
Hal tersebut disampaikan Airlangga saat acara Seremoni Produksi Perdana Omoda 5 Electric Vehicle (EV) di Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (2/12/2023).
Airlangga berharap, dimulainya produksi perdana mobil Omoda 5 EV dari Chery Indonesia dapat mendiversifikasi jenis mobil listrik di Indonesia serta memberikan alternatif pilihan yang lebih banyak bagi konsumen.
“Saya juga berharap kepada Chery Indonesia untuk mempertimbangkan produksi mobil listrik di Indonesia sebagai basis ekspor untuk pasar Vietnam, Filipina, dan Australia. Sebab, ekosistem EV dan baterai sudah lengkap di sini sehingga Indonesia cukup efisien sebagai produsen EV untuk pasar global. Kami (pemerintah) tunggu launching produk dan investasi lanjutannya,” kata Airlangga.
Untuk diketahui, ke depan, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan semakin masif seiring mengalirnya investasi dari pabrikan kendaraan listrik. Hingga awal Kuartal IV-2023, penjualan domestik mobil listrik tercatat mencapai sebesar 11.916 unit.
Berdasarkan kajian Economic Research Institute for Asean and East Asia (ERIA), potensi manfaat yang akan didapatkan Indonesia melalui penghematan impor bahan bakar minyak (BBM) dengan implementasi mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV) dapat mencapai 15 miliar dollar AS dan sepeda motor listrik 10 miliar dollar AS.
Selain itu, Indonesia juga telah menjajaki potensi hydrogen fuel cell sebagai bagian dari upaya mempromosikan solusi energi berkelanjutan dan bersih tanpa emisi.
Untuk itu, kata Airlangga, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah insentif untuk mempercepat implementasi KBLBB di Indonesia.
Beberapa insentif itu, di antaranya insentif bantuan untuk KBLBB roda dua baru dan konversi senilai Rp 7 juta, serta insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk mobil dan bus listrik.
Baca juga: Insentif Kendaraan Listrik Mampu Tumbuhkan Penjualan EV Nasional
Melalui kebijakan tersebut, mobil listrik dengan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40 persen akan diberikan insentif PPN sebesar 10 persen. Sementara itu, bus listrik dengan TKDN 20-40 persen diberikan insentif PPN sebesar 5 persen.
“Dengan produk yang sudah menggunakan local content mencapai 40 persen dan fasilitasi fiskal dari pemerintah, kami berharap Chery Indonesia bisa melakukan penetrasi pasar lebih cepat,” tutur Airlangga.
Sebagai informasi, kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Staf Khusus Menko Perekonomian, Deputy Governor of Anhui Province Republik Rakyat Tiongkok, Chairman of Chery International, Presiden Direktur PT Chery Motor Indonesia, dan Wakil Komisaris Utama PT Handal Indonesia Motor.