KOMPAS.com - Aktivitas masyarakat kembali hidup selama Ramadhan dan Lebaran 2023. Di tengah tingginya aktivitas masyarakat, inflasi pada April 2023 dipastikan tetap berada di angka stabil.
Inflasi pada April 2023 tercatat sebesar 0,33 persen month-to-month (mtm) atau lebih rendah dari April-Mei 2023, yakni 0,95 persen dan 0,40 persen. Sementara secara tahunan, angka inflasi pada April 2023 adalah 4,33 persen year-on-year (yoy).
Seperti yang sudah terjadi, momen Ramadhan dan Lebaran identik dengan peningkatan angka inflasi akibat lonjakan permintaan terutama pangan dan transportasi.
Adapun angka inflasi administered prices (AP) tercatat sebesar 0,69 persen mtm atau 10,32 persen yoy.
Tarif angkutan udara dan tarif angkutan antarkota menjadi komoditas AP yang dominan menyumbang inflasi April 2023 dengan andil masing-masing 0,06 persen dan 0,03 persen.
Baca juga: Golkar-PKB Gencar Bangun Koalisi Besar, Airlangga Pastikan KIB Masih Solid
Peningkatan masyarakat yang menggunakan moda transportasi udara mencapai 26,93 persen dibanding Lebaran 2022.
Inflasi volatile food (VF) pada April 2023 berada di angka 0,29 mtm atau 3,74 yoy. Capaian ini sesuai dengan kesepakatan high level meeting Tim Pengendalian Inflasi (HLM TPIP) pada 20 Februari 2022 untuk menjaga inflasi dalam kisaran 3-5 persen.
Sementara itu, komoditas pangan yang dominan menyumbang inflasi April 2023, yakni beras dan daging ayam ras. Beras masih mengalami kenaikan harga didorong tingginya permintaan masyarakat di tengah panen yang masih berlangsung.
Kenaikan harga beras tertinggi terjadi di tingkat eceran sebesar 0,84 persen mtm pada April 2023. Sementara harga beras di penggilingan sudah mulai menurun, yakni 0,14 persen mtm.
Adapun inflasi VF masih tertahan karena adanya penurunan harga komoditas aneka cabai.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, capaian inflasi Ramadhan dan Idul Fitri 2023 yang terjaga terjadi berkat sinergi kuat dari TPIP dan TPID.
”Selain itu juga didukung cuaca yang relatif kondusif sehingga pasokan pangan, terutama produk hortikultura terjaga dan ditopang panen yang berlangsung Maret- April,” ungkap Menko Airlangga, dikutip dari ekon.go.id, Kamis (4/5/2023).
Sebagai upaya menjaga harga pangan tetap terkendali dan menjaga daya beli masyarakat, pemerintah mengadakan gelar pangan murah (GPM) penyaluran, stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), serta menyalurkan bantuan pangan berupa beras serta daging dan telur ayam.
Selain itu, pemerintah daerah (pemda) juga aktif melaksanakan pasar murah untuk membantu masyarakat memperoleh bahan pangan pokok dengan harga terjangkau.
Baca juga: Berkali-kali Temui Elite Golkar, Prabowo Diduga Incar Bakal Cawapres Selain Airlangga
“Kondisi cuaca yang relatif kondusif mendukung capaian inflasi April. Namun, ke depan kita perlu mewaspadai terjadinya El Nino. Pemerintah serta Bank Indonesia melalui TPIP dan TPID akan terus memperkuat sinergi kebijakan untuk menjaga capaian inflasi pada 2023 agar tepat sasaran,” ujar Airlangga.
Selain data dari Badan Pusat Statistik (BPS), S&P juga merilis data perkembangan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia pada April 2023.
Disebutkan bahwa PMI manufaktur Indonesia berada di level ekspansif 52,7. Level ini naik dari posisi bulan lalu sebesar 51,9 dan merupakan yang tertinggi sejak September 2022.
Kinerja PMI negara-negara ASEAN cukup bervariasi, beberapa diantaranya berada di posisi ekspansif, seperti Thailand (60,4 atau rekor tertinggi di Thailand), Myanmar (57,4), dan Filipina (51,4). Di sisi lain, Malaysia masih di zona kontraktif sebesar 48,8.
”Terus menguatnya aktivitas ekonomi membuat PMI Indonesia melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan selama 20 bulan beruntun. Ini meningkatkan ekspektasi positif pelaku usaha atas kondisi ekonomi Indonesia, sehingga berpeluang dalam menarik investasi baru ke dalam negeri,” papar Airlangga.
Perusahaan manufaktur menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam output produksi, order baru, serta aktivitas pembelian.
Di saat yang sama, laju penciptaan lapangan kerja merupakan yang paling tinggi selama lima bulan terakhir.
Secara umum, ekspektasi perusahaan manufaktur ke depan bertahan di level positif dan menunjukkan tingkat optimisme bisnis paling kuat sejak November 2022.
Baca juga: Ditanya soal Pembentukan Koalisi Besar, Airlangga: Persyaratannya Banyak...
Airlangga mengatakan, meski ekonomi global masih melemah, manufaktur Indonesia maju karena ditopang oleh aktivitas ekonomi yang menggeliat dan permintaan dalam negeri yang terus tumbuh kuat.
“Alhasil, kita terus melihat bahwa berbagai aspek penting determinan penggerak ekonomi terus berada pada jalur yang tepat mendukung pertumbuhan ekonomi yang tangguh,” jelasnya.