KOMPAS.com – Pemerintah menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ketahanan keluarga melalui peluncuran Gerakan Ayah Teladan Indonesia ( GATI).
Program tersebut secara resmi diluncurkan oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) Wihaji, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini di Gedung Islamic Center, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Senin (21/4/2025).
GATI hadir sebagai respons terhadap rendahnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di Indonesia.
Wihaji menyebut bahwa fenomena “ fatherless” atau ketiadaan figur ayah dalam kehidupan anak-anak, baik secara fisik maupun emosional, merupakan masalah serius yang perlu ditangani secara sistematis.
“GATI adalah bagian dari emansipasi pria. Jika Kartini dahulu memperjuangkan kesetaraan untuk perempuan, kini saatnya laki-laki juga mengambil peran yang setara dalam rumah tangga. Kehadiran ayah sangat penting bagi tumbuh kembang anak,” ujarnya melalui siaran pers, Selasa (22/4/2025).
Baca juga: Kisah Veronica Ubah Persoalan Tumbuh Kembang Anak Jadi Dungeon Boardgame Cafe
Wihaji menjelaskan, GATI bukan sekadar simbol, melainkan gerakan strategis untuk mendorong ayah agar aktif hadir dalam pengasuhan anak, mendampingi remaja, dan berbagi tanggung jawab domestik bersama pasangan.
Data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan, sekitar 20,9 persen anak di Indonesia tidak memiliki figur ayah yang hadir.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan hanya 37,17 persen anak usia 0–5 tahun yang diasuh oleh kedua orangtua secara bersamaan.
“Selama ini, peran ayah sering kali kurang mendapat perhatian dibandingkan peran ibu. Ayah kerap diposisikan hanya sebagai pencari nafkah, sementara tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak lebih banyak dibebankan kepada ibu,” jelas Wihaji.
Akibatnya, lanjut dia, terjadi ketimpangan peran dalam keluarga yang berdampak pada tumbuh kembang anak.
Baca juga: Cabuli Anak 10 Tahun Saat Belanja di Kios, Pria di Ambon Jadi Tersangka
Untuk mengimplementasikan GATI secara luas, Wihaji mengungkapkan, Kemendukbangga/BKKBN merancang empat pendekatan utama.
Pertama, kata dia, layanan konseling digital melalui portal Siapnikah dan Satyagatra.
“Kedua, pendekatan komunitas lewat konsorsium Kompak Tenan (Komunitas Penggiat Ayah Teladan),” imbuh Wihaji.
Ketiga, lanjut dia, program Desa/Kelurahan Ayah Teladan (Dekat) di Kampung Keluarga Berkualitas.
Keempat, Sekolah Bersama Ayah (Sebaya) sebagai basis edukasi di lingkungan sekolah.
Baca juga: Pemprov Jabar Usulkan 2 Lokasi di Sumedang untuk Sekolah Rakyat
Seluruh pendekatan tersebut diarahkan untuk membentuk budaya pengasuhan yang setara, mendorong keterlibatan ayah tidak hanya di rumah, tapi juga di lingkungan sosial anak.
GATI ditargetkan menjangkau 1,84 juta ayah atau 5,58 persen dari jumlah kepala keluarga laki-laki usia 15 hingga 49 tahun pada 2025.
“Penilaian ayah teladan didasarkan pada empat dimensi utama, yaitu interaksi, aksesibilitas, tanggung jawab, dan keterlibatan dalam aktivitas rumah tangga,” ucap Wihaji.
Untuk memantau dampak program, Kemendukbangga/BKKBN telah mengembangkan portal GATI, sebagai platform pelaporan dan pendampingan kegiatan yang dijalankan dari tingkat kabupaten atau kota hingga provinsi.
Baca juga: KPK Geledah Kantor Dinas Perkim di Kabupaten Lampung Tengah
Melalui GATI, Wihaji berharap muncul generasi ayah masa depan yang aktif dalam pengasuhan, setara dalam peran rumah tangga, serta menjadi panutan bagi anak-anaknya.
Hal itu juga dinilai sebagai langkah strategis dalam menghadapi fenomena “generasi strawberry” sebuah istilah yang menggambarkan generasi muda yang mudah rapuh dalam tekanan.
“Melalui GATI, kami ingin membangun kesadaran bahwa kehadiran ayah dalam proses tumbuh kembang anak dan pendampingan remaja sangat penting,” ucap Wihaji.
Kehadiran tersebut, menurutnya, menjadi kunci dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan melahirkan generasi yang berkarakter serta berdaya saing.
Dengan meningkatnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan, diharapkan keluarga Indonesia menjadi lebih kuat, dan anak-anak tumbuh sebagai pribadi unggul, sehat secara fisik, mental, dan sosial.
“Ayah memegang peran penting sebagai pilar ketahanan keluarga, yang pada akhirnya memperkuat fondasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.
Melalui GATI, lanjut dia, diharapkan tercipta budaya baru dalam masyarakat, yakni bahwa keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan menjadi norma sosial yang diterima dan dijunjung tinggi.
Baca juga: Maia Estianty Bantah Anak Kehilangan Figur Ayah Usai Cerai dari Ahmad Dhani
Dalam peluncuran GATI, Kemendukbangga/BKKBN juga menggelar kampanye pelayanan vasektomi serentak di seluruh provinsi sebagai simbol kesetaraan dalam perencanaan keluarga.
“Ini (vasektomi) adalah wujud cinta, komitmen, dan kesetaraan dalam perencanaan keluarga,” ujar Wihaji.
Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan pesan menyampaikan kepada seluruh ayah di Indonesia.
Baca juga: Bisakah Kucing dan Burung Hidup Bersama di Rumah?
“Menjadi ayah bukan hanya soal hadir di rumah, tapi hadir di hati anak-anak kita. Teladan bukan soal kesempurnaan, tapi tentang keterlibatan dan ketulusan,” ucap Wihaji.
Ia mengajak seluruh ayah di Indonesia untuk memulai langkah-langkah kecil: membantu istri, mendengarkan anak, hadir di saat penting, dan membangun komunikasi yang hangat.
“Keluarga yang kuat dimulai dari ayah yang peduli dan mau berbagi,” imbuh Wihaji.