Berdampak Positif, Program Pamsimas dari Kementerian PUPR Buka Akses Air Minum untuk Masyarakat Indonesia

Kompas.com - 20/12/2021, 12:28 WIB
Dwi NH,
Erlangga Satya Darmawan,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Pamsimas di Desa Sutoragan, Purworejo, Jawa Tengah (Jateng).

Dok. Humas Kementerian PUPR Pamsimas di Desa Sutoragan, Purworejo, Jawa Tengah (Jateng).

KOMPAS.com - Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) berhasil membawa dampak positif bagi masyarakat.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, program tersebut berhasil memberikan akses air minum kepada 23,57 juta jiwa dan sanitasi yang lebih baik kepada 16,44 juta jiwa yang tersebar di 33 provinsi, 408 kabupaten dan kota, serta lebih dari 35.000 desa.

Sebagai informasi, Pamsimas adalah program pemberdayaan yang melibatkan masyarakat secara aktif, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, hingga pengelolaan.

“Pamsimas merupakan program inklusif yang melibatkan peran aktif masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemeliharaan. Program ini akan dikelola oleh masyarakat melalui Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air minum dan Sanitasi (KPSPAMS),” jelas Basuki.

Baca juga: Pamsimas Berikan Akses Air Minum kepada 23,57 Juta Jiwa

Program tersebut terbagi ke dalam tiga periode, yaitu Pamsimas I, II, dan III. Program ini telah berlangsung selama 14 tahun dan akan berakhir pada Jumat (31/12/2021).

“Capaian ini melebihi target yang telah ditetapkan di awal program. Kami harus bersyukur karena walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19, program Pamsimas masih bisa mencapai target,” ujar Basuki dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (20/12/2021).

Ia mengatakan, pelaksanaan program pada masa pandemi dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Basuki menambahkan, bahwa Pamsimas telah menjadi platform nasional dalam pembangunan air minum dan sanitasi di perdesaan.

Baca juga: Program Pamsimas III Berakhir 2021, Begini Rencana Pemerintah Selanjutnya

Selain melibatkan masyarakat, Pamsimas juga merupakan program kolaboratif yang melibatkan berbagai stakeholder, yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemda), dan pemerintah desa (pemdes).

Pamsimas di Desa Ngadikusuman Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng).

Dok. Humas Kementerian PUPR Pamsimas di Desa Ngadikusuman Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng).

Lebih lanjut, Basuki mengatakan, capaian membanggakan dari program tersebut merupakan bukti dari hasil kerja keras semua pihak, mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan kota, desa, serta masyarakat.

Selain itu, keberhasilan program Pamsimas juga berkat bantuan dari Bank Dunia, Pemerintah Australia, Water.org, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan dunia usaha melalui dana corporate social responsibility (CSR).

Baca juga: Lewat UMKM Mesari, Elnusa Petrofin Raih Penghargaan Anugerah CSR IDX Channel 2021

Memastikan keberlanjutan program

Adapun salah satu aspek penting dari Pamsimas di perdesaan adalah dengan memastikan keberlanjutannya. Oleh sebab itu, Kementerian PUPR melakukan berbagai upaya agar KPSPAMS dapat berperan maksimal dalam pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS).

“Kami harus menjaga keberlanjutannya melalui pelatihan, pendampingan, dan pembinaan. Khususnya dalam hal mengelola pembukuan, keuangan, operasional, serta pemeliharaan SPAMS,” ucap Basuki.

Selain bermanfaat bagi masyarakat, Pamsimas juga memberikan dampak positif pada pemerintah.

Berkat adanya program itu, kepedulian pemda dan desa terhadap sektor air minum dan sanitasi meningkat. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah kabupaten yang mereplikasi program Pamsimas menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Baca juga: Percepat Realisasi APBD, Kemendagri Lakukan Pendampingan ke Daerah

“Namun, masih banyak desa yang belum mendapatkan program Pamsimas. Oleh karena itu, pemdes dan kabupaten diharapkan untuk dapat mereplikasi program Pamsimas dengan dana APBD,” imbuh Basuki.

Setelah program Pamsimas berakhir, pemdes dan kabupaten dapat mulai melaksanakan pembinaan dan pengembangan untuk keberlanjutan SPAMS di wilayah masing-masing melalui tiga cara.

Cara tersebut adalah pengembangan SPAMS di desa pelaksanaan Pamsimas, perluasan SPAMS di luar desa Pamsimas, dan pembinaan kelembagaan masyarakat yang berperan dalam pengelolaan, pengoperasian, serta pemeliharaan SPAMS terbangun untuk mendukung keberlanjutan program.

Baca juga: Bupati IDP Resmikan Program Pamsimas, Kini Warga Desa Dodolo Nikmati Air Bersih

Pamsimas di Desa Mandikapau, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Dok. Humas Kementerian PUPR Pamsimas di Desa Mandikapau, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Dalam penyelenggaraannya, investasi program Pamsimas tidak hanya berupa infrastruktur terbangun, tetapi juga berupa kegiatan pemberdayaan yang berbasis masyarakat.

Hasil kegiatan pemberdayaan adalah terbentuknya Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM), KPSPAMS, serta Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan di tingkat kabupaten dan provinsi.

Pamsimas juga memiliki ribuan fasilitator serta tenaga pendamping di tingkat kabupaten maupun provinsi yang berperan sebagai pendamping masyarakat dan pemda.

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen menargetkan 100 persen akses air minum layak.

Baca juga: Gus Halim Nyatakan Revitalisasi Kawasan Transmigrasi Jadi Prioritas RPJMN

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, akses air minum layak telah mencapai 90,21 persen.

“Meskipun program Pamsimas III selesai pada 2021, upaya pengelolaan SPAMS belum selesai. Dukungan pemda dan pemdes dalam membina KPSPAMS berperan penting dalam mencapai 100 persen akses air minum di desa,” ujar Basuki.

Terkini Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke