KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Islamic Development Bank (IsDB) mengembangkan program Sanitasi Berbasis Masyarakat yang disebut Sanimas IsDB.
Program Sanimas IsDB diselenggarakan dalam upaya pencapaian target akses universal terhadap air minum dan sanitasi serta memastikan keberlanjutannya.
Dari keterangan tertulisnya, Sabtu (7/12/2019), program Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu diluncurkan untuk mencapai target akses universal air minum dan santiasi serta memastikan keberlanjutannya.
Selain itu, program ini juga hadir membangun upaya penyehatan lingkungan permukiman dalam bentuk Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) dan membangun perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tak hanya itu, Sanimas IsDB juga bisa mendukung peningkatan kelola program pariwisata dengan mengoptimalkan kebersihan lingkungan.
Sebagai contoh, Kelurahan Lhok Rukam 1, Dusun Ujung, Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu yang memakai program itu sejak 2017.
Baca juga: Lewat Sanimas IsDB Maju Bersama, Warga Gotong Royong Bangun Lingkungan
Teknologi SPALD-T, Sanimas IsDB jadi pilihan bagi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Suak untuk meningkatkan program parisiwata.
Gampong Lhok Rukam adalah salah satu desa yang terletak di kaki gunung di pesisir pantai Samudera Hindia dengan pesona yang menarik dan suasana alam yang asri.
Wilayah ini sangat membutuhkan sanitasi untuk mendukung program pariwisata yang sedang digalakkan.
Untuk itu, Sanimas IsDB hadir di Desa Lhok Rukam dengan mengikuti tahapan yang sesuai dengan regulasi yang ada.
Daya tarik teknologi IPAL
Terkait pengelolaan air limba atau SPALD-T, Gampong Panteriek, Dusun Jeumpa, Kecamatan Jeumpa, Kota Banda Aceh adalah salah satu yang mengaplikasikannya.
Pasalnya daerah ini adalah salah satu yang kelurahan di barat Kota Banda Aceh yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal.
Baca juga: Kasatker SPAM Ditjen Cipta Karya Didakwa Terima Rp 6,7 Miliar dan 33.000 Dollar AS
Sanimas IsDB memulai kiprahnya di Gampong Panteriek sendiri sejak 2017 Aceh dengan dukungan kelembagaan, antara lain: BKM Insan Qalbu, KSM Jeumpa dan KPP Jeumpa.
Salah satu pilihan tekonologi dari program ini adalah penyaluran seluruh air limbah domestik ke dalam saluran yang akan bermuara di bangunan pengolahan limbah atau IPAL.
Di sini limbah mengalami beberapa kali tahapan proses, hingga ketika hasil olahan keluar dari outlet sudah dalam bentuk air limbah domestik ramah lingkungan.
Dengan pilihan teknologi ini dengan perpipaan, sumber dana dukungannya terdiri dari pinjaman IsDB sejumlah Rp 425.000.000 serta swadaya sejumlah Rp 28.800.000.
Keseluruhan dana tersebut progresnya 100 persen yang meliputi fisik dan keuangan.
Capaian sasaran Sanimas IsDB Dusun Jeumpa Gampong Panteriek, Kota Banda Aceh sangat menggembirakan dan melampaui target indikator minimal layanan pemanfaat, yaitu 50 Sambungan Rumah (SR), menjangkau pemanfaat 58 Kepala Keluarga (KK), termasuk 50 jiwa Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Beberapa hasil riset dari Sanimas
Adapun, program Sanimas IsDB dirancang dan dilaksanakan secara masif dalam rangka mewujudkan target Sustainable Development Goals (SDG) 2030 secara bertahap.
Baca juga: Pejabat Ditjen Cipta Karya Didakwa Terima Gratifikasi 15 Mata Uang Bernilai Miliaran
Tahapan tersebut, yaitu pada 2024 akses sanitasi layak ditargetkan mencapai 90 persen, dengan termasuk akses sanitasi aman sebesar 20 persen. Kemudian pada 2030, pencapaian akses sanitasi layak adalah 100 persen, termasuk 53,7 persen akses sanitasi aman.
Adapun program itu dilatarbelakangi pesatnya laju urbanisasi di Indonesia dan dampak buruk tata kelola lingkungan yang kurang layak.
Melihat fakta yang ada, banyak sekali kejadian air limbah domestik dibuang ke saluran drainase atau ke kali di sekitar rumah.
Kondisi itu tentu saja mempengaruhi lingkungan permukiman warga.
Di sisi lain, masih banyak masyarakat kota menggunakan tangki septik yang belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2398-2002, sehingga dikhawatirkan tanki septik malah menjadi pusat penyebaran kontaminasi penyakit.
Menjawab persoalan itu, pemerintah Indonesia melakukan pendekatan baru untuk mencapai target akses sanitasi universal.
Terhitung sejak 2013, Indonesia sudah beralih ke sistem pengelolaan air limbah domestik yang lebih komprehensif.
Baca juga: Jaksa KPK: Selama 4 Tahun, Pejabat Ditjen Cipta Karya Terima Rp 30 Miliar dari Kontraktor
Sejak saat itu, ratusan kota dan kabupaten berbenah secara bertahap memperbaiki sarana sanitasi layak yang menjaga agar air limbah domestik terpisah dari jangkauan manusia mulai dibenahi.
Mereka memulai peningkatan kualitas pengelolaan air limbah domestik yang diwujudkan melalui (SPALD-T) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR).
Kini, Sanimas IsDB, sudah menjalankan progam ini di 13 provinsi, 58 kabupaten dan kota, dan 1.800 titik.
“Sanimas IsDB adalah kunci keberhasilan masyarakat dalam menangani persoalan lingkungan dan kesehatan lingkungan. Karena saya begitu peduli terhadap program ini dan keberhasilannya,” kata Lurah Sungai Daeng, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Fitria Anggraeni.
SPALD-T kini sudah dimanfaatkan rata-rata oleh 50-80 Sambungan Rumah (SR) di Bangka Barat.
Baca juga: 16 Kecamatan Krisis Air Bersih, BPBD Gunungkidul Belum Tetapkan Status Darurat Kekeringan
Dengan begitu,warga tak lagi harus memiliki tangki septik. Air hasil olahan limbah dari SPALD-T ini pada umumnya dimanfaatkan masyarakat untuk menyiram tanaman dan mengairi kebun.
Kehadiran infrastruktur SPALD-T berdampak positif. Beberapa indikator lingkungan telah membaik di daerah-daerah yang tersentuh program tersebut.
Drainase menjadi bersih, bahkan kerap kering, tidak lagi menjadi tempat berkembang biaknya jentik nyamuk. Air limbah domestik tidak terlihat lagi mengotori lingkungan.
Selain itu, analisis tentang peran Sanimas terhadap kesehatan lingkungan telah dilakukan pada 2014 oleh Kresno Ranu Aji dan Widjonarko dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Penelitian Kresno sendiri mengambil lokasi di Kelurahan Tandang, Kota Semarang (Jawa Tengah).
Hasil dari temuan studi yang dipublikasikan melalui e-Journal Undip itu menunjukkan bahwa peran Sanimas terhadap lingkungan dan kesehatan berdampak positif.
Pasalnya, program Sanimas membantu dalam mengelola air limbah yang dihasilkan masyarakat.
Baca juga: Krisis Air Bersih, Wanita Paruh Baya Tercebur Sumur Saat Mencuci
Dengan hadirnya program Sanimas, masyarakat merasa terbantu dalam pemenuhan prasarana sanitasi, mengingat dari segi ekonomi mereka tergolong masyarakat berpenghasilan rendah.
Penelitian lain pada 2014 dilakukan oleh Leonardo Rio Wibowo dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro di Kelurahan Pamijen, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas (Jawa Tengah).
Penelitiannya memperlihatkan adanya penurunan kandungan (COD, BOD, dan DO) pada air tanah. Dengan menurunnya kandungan tersebut mutu lingkungan di Kelurahan Pamijen menjadi lebih baik.
Tingkat keberhasilan program Sanimas juga dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku masyarakat untuk melakukan buang air besar sembarangan (BABS).
Persentase masyarakat yang melakukan perubahan dari BABS ke WC pribadi di rumah meningkat menjadi 99 persen di Kelurahan Pamijen.
Baca juga: Demi Transparansi Anggaran, Kementerian PUPR Bentuk Balai Cipta Karya
Praktik terbaik pelaksanaan program Sanimas IsDB tersebar pada banyak titik di 13 Provinsi. Beragam bentuk bangunan Sanimas aneka warna nan indah hadir di lingkungan permukiman warga.
Lingkungan bersih dan kesehatan warga pun meningkat dan anak-anak ceria.