KOMPAS.com – Indonesia menyiapkan lokasi santap siang khusus untuk para pemimpin Group of Twenty (G20), yaitu bangunan Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali.
Terletak di tepi pantai, Bamboo Dome dapat dilihat dari anjungan lobi hotel tempat yang sama berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
“Waktu itu, permintaannya cukup sederhana, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin makan siang dengan pemandangan laut,” kata Visual Creative Consultant KTT G20 Elwin Mok melalui keterangan persnya, Rabu (16/11/2022).
Seperti diketahui, momen makan siang merupakan salah satu pertemuan penting sehingga memilih dan mewujudkan lokasi dilakukan hampir sepanjang tahun.
Awalnya, tim kreatif penyelenggaraan KTT G20 Indonesia akan mendirikan tenda-tenda di halaman belakang Apurva Kempinski.
Elvin menyebutkan, ide mendirikan tenda di pinggir pantai batal karena khawatir dengan kencangnya angin pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Baca juga: Mengenal Eddy William Katuari, Pemilik Hotel Penyelenggaraan KTT G20
Tim kreatif kemudian berdiskusi intens dengan koordinator Tim Asistensi dan Kemitraan G20, Wishnutama termasuk juga Sekretariat Negara.
Ide berikutnya adalah mendirikan bangunan yang berbahan bata dan batu. Namun, ide ini diurungkan dengan pertimbangan bangunan hanya bersifat sementara dan akan dibongkar seusai penyelenggaraan G20.
“Kami harus mencari sesuatu yang unik yang hanya dikhususkan untuk G20,” kata Elwin.
Kemudian, inspirasi muncul saat Elwin bersama tim kreatif melakukan perjalanan singkat ke Pantai Melasti di selatan Bali.
Tim kreatif melihat sejumlah pekerja konstruksi menggunakan bambu dalam sebuah proyek bangunan. Setelah diskusi dengan tim, diputuskan bahwa bambu menjadi bahan utama untuk lokasi makan siang.
Bambu menyimpan filosofi yang sangat dalam, yakni mudah untuk dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur, elastis, dan gampang beradaptasi. Selain itu, bangunan bambu juga terkenal paling kuat terhadap guncangan gempa.
Baca juga: Apa Kata Pemimpin Dunia soal Rusia-Ukraina di KTT G20?
Tim pun segera membuat desain disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Bali.
"Sejak dari kecil sudah membuat mainan bambu," ujar Rubi Roesli, desainer Bamboo Dome.
Untuk mematangkan ide, Rubi dan Elwin kemudian menemui pengajar dan pakar perhitungan bambu Universitas Gadjah Mada (UGM) Ashar Saputra.
Mereka berdiskusi hingga mendapatkan bentuk yang tepat, yaitu kubah setengah lingkaran atau dome.
“Jadi sesuai dengan lambang G20 berupa gunungan,” kata Rubi.
Ditambah lagi, bambu termasuk bahan bangunan yang ramah lingkungan. Sehingga setelah KTT G20 Bamboo Dome dapat dibongkar, bambunya bisa dipakai ulang untuk keperluan lain.
Sementara itu, dari sisi arsitektur, Bamboo Dome menjadi media promosi kualitas budaya Indonesia bagi dunia internasional.
"Kami ingin menunjukkan bahwa di tengah dunia yang sintetis, ada Indonesia yang masih otentik," jelas Elwin.
Baca juga: Saat Pendamping Kepala Negara KTT G20 Ikut Lokakarya Menghias Tas dan Topi dari Daun Lontar
Dibangun di lahan seluas 800 meter persegi, Bamboo Dome menyediakan 43 kursi dengan tata letak satu meja besar melingkar.
Dengan begitu, para pemimpin G20 dan delegasi dapat menikmati suguhan makanan khas Indonesia bersama-sama.