Lotus Pond, Landmark Terbesar GWK Pilihan Jokowi untuk Menjamu Delegasi KTT G20

Kompas.com - 15/11/2022, 11:50 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK).DOK. Humas Kemenparekraf Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK).

KOMPAS.com - Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan salah satu destinasi favorit Pulau Dewata.

Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) memilih kawasan GWK, tepatnya di area Lotus Pond sebagai tempat untuk menjamu makan malam para kepala delegasi dalam rangkaian dari kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Sebagai tempat untuk jamuan makan malam, Lotus Pond merupakan landmark atau tengara terbesar di GWK yang dikenal sebagai alun-alun utama. Area outdoor ini dapat menampung hingga 7.500 orang.

Lotus Pond memiliki pelataran luas yang membentang. Pemandangan ini terlihat sangat megah dengan tebing kapur yang berjejer di kanan dan kiri.

Pemandangan di titik tersebut semakin menawan dengan kehadiran Patung Garuda pada salah satu ujung deret tebing kapur.

Baca juga: Ribuan Struktur Karang Ditenggelamkan di Laut Bali, Ada Patung Garuda

Melangkah memasuki pintu utama Lotus Pond terdapat Tirta Agung atau air suci. Pengunjung juga dapat menemukan dinding batu berukir atau relief di tempat ini.

Relief tersebut memuat kisah Garuda Wisnu Kencana hingga akhirnya menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang diyakini oleh umat Hindu sebagai dewa pelindung jagat raya.

Lotus atau teratai melambangkan keindahan, kemakmuran, dan kesuburan. Bunga ini selalu dibawa oleh Dewa Wisnu.

Meski teratai memiliki akar di dalam lumpur, tetapi bunga ini mekar di atas permukaan dan menjadikan lotus sebagai simbol yang kaya akan kemanusiaan dan kosmos.

Direktur Operasional GWK Stefanus Yonathan Astayasa mengatakan bahwa jamuan makan malam di Lotus Pond akan dihadiri sekitar 300-400 orang.

Baca juga: 400 Personel Pasukan Khusus TNI Jaga Keamanan Kepala Negara Peserta G20

“Sisanya, peserta G20 yang tidak ikut dalam jamuan makan malam bisa menyantap makan malam di restoran Jendela Bali,” imbuhnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (14/11/2022).

GWK punya keunikan dan karakter kuat

Pada kesempatan tersebut, Stefanus menjelaskan bahwa GWK dipilih sebagai tempat jamuan makan malam karena memiliki keunikan dan karakter yang kuat.

“Sebagai ikon yang dibanggakan Bali dan Indonesia, kami bahagia bisa terpilih karena banyak delegasi ingin tahu sebenarnya, seperti apa destinasi ini,” katanya.

Taman Budaya GWK awalnya dirancang Nyoman Nuarta sejak 1980-an. Pembangunan tempat ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan dianggap hanya menghamburkan uang belaka, sampai akhirnya diterima masyarakat.

Salah satu keistimewaan dari GWK terletak pada bangunan kokoh setinggi lebih dari 120 meter (m) berupa patung Garuda Wisnu Kencana.

Baca juga: 5 Fakta Garuda Wisnu Kencana di Bali, Salah Satu Patung Tertinggi Dunia

Patung berbahan logam tembaga, baja, dan kuningan itu menggambarkan Dewa Hindu Wisnu yang berada di atas tunggangannya, burung Garuda.

Pada bagian bahu Dewa Wisnu terdapat hiasan yang terbuat dari ribuan potongan kaca mosaik emas. Hiasan yang disebut ‘badong’ ini juga direkatkan pada bagian mahkota dan dada patung Dewa Wisnu.

G20 berikan dampak positif

Terkait pelaksanaan G20, Stefanus optimistis konferensi tersebut akan memberikan dampak positif dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke GWK dalam jangka panjang. Apalagi, pengelola GWK memang terus melakukan pembenahan.

“Dari dalam patung GWK, kini wisatawan dimanjakan dengan berbagai pengalaman berbeda. Mulai dari lantai dasar patung hingga di puncak lantai 23. Adapun tujuannya agar GWK bisa memberikan kesan memorable bagi wisatawan,” ucap Stefanus.

Seiring pelaksanaan KTT G20, GWK menutup lokasi dari kunjungan wisatawan selama empat hari, terhitung sejak 12 November 2022 hingga 15 November 2022. Selama empat hari itu pula, GWK meliburkan sebagian karyawannya.

Baca juga: Ada Penutupan dan Pengalihan Arus Lalin di Kawasan GWK Selama KTT G20

Satu pekan menjelang KTT G20, sudah terlihat lalu lalang wisatawan terlihat di kawasan Taman Budaya GWK pada Jumat (11/11/2022).

Sejumlah bus terlihat berjejer di seberang restoran Jendela Bali. Penjagaan juga terlihat di tempat ini. Terlebih pada kawasan masuk menuju arena welcoming dinner atau jamuan makan malam G20 pada 15 November 2022.

Stefanus menyatakan bahwa pihaknya telah siap 100 persen menerima kunjungan tersebut.

“Kami mulai melakukan perbaikan venue-venue dan akses. Prioritas kami adalah akses. Sebab, akses untuk G20 harus bisa bebas antrean. Kami menyiapkan kelayakan, keindahan, kerapian untuk menjadikan welcoming dinner ini sempurna,” katanya kepada Tim Media dan Komunikasi G20 akhir pekan lalu.

Stefanus menjelaskan, pengerjaan akses yang akan dilalui para kepala negara anggota G20, telah dilakukan sejak Juni lalu.

Terkini Lainnya
Tingkatkan Pertumbuhan Pariwisata, Menparekraf/Kabaparekraf Luncurkan Program Karisma Event Nusantara 2024
Tingkatkan Pertumbuhan Pariwisata, Menparekraf/Kabaparekraf Luncurkan Program Karisma Event Nusantara 2024
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Hadiri Penghargaan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Menparekraf: Terima Kasih Seluruh Penggerak Desa Wisata
Hadiri Penghargaan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Menparekraf: Terima Kasih Seluruh Penggerak Desa Wisata
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Praktisi Desa Wisata Apresiasi Pendampingan Langsung Program KSW 5.0 di Desa Wisata
Praktisi Desa Wisata Apresiasi Pendampingan Langsung Program KSW 5.0 di Desa Wisata
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Optimalkan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Kemenparekraf Gelar Festival Sadar Wisata
Optimalkan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Kemenparekraf Gelar Festival Sadar Wisata
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
5 Bukit Cantik di Mandalika, Bisa Lihat Pantai sampai Sirkuit MotoGP
5 Bukit Cantik di Mandalika, Bisa Lihat Pantai sampai Sirkuit MotoGP
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kaya Rempah, 7 Kuliner Legendaris Ini Wajib Dicoba Saat Berkunjung ke Mandalika
Kaya Rempah, 7 Kuliner Legendaris Ini Wajib Dicoba Saat Berkunjung ke Mandalika
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
4 Destinasi Memukau di Sekitar Mandalika, Ada Gili Nanggu hingga Desa Sade
4 Destinasi Memukau di Sekitar Mandalika, Ada Gili Nanggu hingga Desa Sade
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kerak Telor hingga Putu Mayang, Jajanan Betawi Jadi Hidangan Penutup KTT Ke-43 ASEAN
Kerak Telor hingga Putu Mayang, Jajanan Betawi Jadi Hidangan Penutup KTT Ke-43 ASEAN
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kemenparekraf Suguhkan 3 Kopi Arabika Asal Indonesia untuk Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Kemenparekraf Suguhkan 3 Kopi Arabika Asal Indonesia untuk Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Menparekraf Rekomendasikan Belitung sebagai Post-Event Trip Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Menparekraf Rekomendasikan Belitung sebagai Post-Event Trip Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Targetkan Kerja Sama Inklusif dengan ASEAN, InJourney dan HIN Paparkan Potensi KEK Sanur di AIPF 2023
Targetkan Kerja Sama Inklusif dengan ASEAN, InJourney dan HIN Paparkan Potensi KEK Sanur di AIPF 2023
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Lewat “Kita Mulai Sekarang”, Kemenparekraf Fokus Kembangkan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan
Lewat “Kita Mulai Sekarang”, Kemenparekraf Fokus Kembangkan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Paviliun Indonesia di ITB Berlin Berpotensi Datangkan Rp 5,3 Triliun,  Begini Respons Menparekraf
Paviliun Indonesia di ITB Berlin Berpotensi Datangkan Rp 5,3 Triliun, Begini Respons Menparekraf
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Targetkan 7,4 Juta Wisman, Sandiaga Promosikan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas Indonesia di Berlin
Targetkan 7,4 Juta Wisman, Sandiaga Promosikan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas Indonesia di Berlin
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kemenparekraf Buka PMB Poltekpar untuk 3.805 Mahasiswa, Sandiaga: Semua Lulusan Terserap Industri
Kemenparekraf Buka PMB Poltekpar untuk 3.805 Mahasiswa, Sandiaga: Semua Lulusan Terserap Industri
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bagikan artikel ini melalui
Oke