KOMPAS.com – Kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir membuat sebagian pelaku usaha di sektor pariwisata terus terpuruk.
Salah satu industri pariwisata yang paling terdampak pandemi ada di sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition ( MICE).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) selaku regulator terus menggalakkan berbagai macam agenda untuk mendorong bangkitnya MICE di tahun 2021.
“Potensi Indonesia sebagai basis MICE secara internasional cukup membanggakan,” ungkap Direktur MICE Kemenparekraf, Iyung Masruroh, dalam webinar ‘The Comeback Plan of Mice for 2021’ yang disiarkan live streaming di kanal YouTube Harian Kompas, Kamis (10/12/2020).
Baca juga: Wajib Tahu, Ini 4 Pilihan Venue MICE di Surabaya
Iyung memaparkan berdasarkan data International Congress Convention Association (ICCA), Indonesia menempati peringkat ke 41 dunia sebagai negara dengan jumlah pelaksana meeting tertinggi.
Sementara itu, di Asia Pasifik Indonesia ada di peringkat ke10, dan peringkat 4 di ASEAN.
Lebih lanjut, Iyung menyatakan ada tujuh destinasi wisata MICE yang berpotensi kuat untuk maju lagi, diantaranya Bali, Bandung, Jakarta, Makassar, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta.
“Bali menjadi yang paling favorit. Jakarta kuat di exhibition (pameran) dan Bali kuat di convention (rapat atau pertemuan),” jelas Iyung.
Baca juga: Pemerintah Minta Industri MICE Siap Antisipasi Perubahan Penyelenggaraan Usaha
Dia pun optimis, jika terus digenjot dengan benar dan berdasarkan protokol Clean, Health, Safety, and Environment (CHSE), industri MICE bisa bangkit kembali di tahun depan.
Perlu diketahui, kondisi pandemi yang terus bergulir telah merusak pertumbuhan industri MICE dan berdampak pada hajat hidup jutaan orang.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi), Ndang Mawardi menyatakan, berdasarkan laporan dari Asperapi, bisnis wisata MICE di Indonesia diperkirakan merugi hingga Rp 44,3 triliun selama 2020 akibat terdampak pandemi Covid-19.
“Dari banyaknya pameran Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer (B2C), ada sekitar 90 persen yang dibatalkan selama tahun ini,” kata Ndang Mawardi yang juga menjadi narasumber dalam webinar tersebut.
Baca juga: Kemenparekraf Sosialisasikan Protokol CHSE untuk Pendakian Gunung
Kondisi tersebut dibenarkan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Rizka Handayani.
Rizka Handayani yang turut memberikan materi di awal webinar mengatakan, pandemi Covid-19 membawa dampak besar bagi para pelaku bisnis MICE selama tahun 2020.
“Ada sekitar 30 juta penduduk terdampak sepanjang tahun ini. Para pekerja di industri venue, perhotelan, transportasi sampai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM),” papar Rizki.
Untuk menghadapi kondisi pandemi yang tidak tahu kapan akan berakhir, pelaku industri MICE diharapkan mampu berinovasi. Apalagi kini tren berwisata yang terus turun tiap bulannya.
Baca juga: Kemenparekraf dan APMI Hadirkan Acara Akhir Tahun CMEW
Absennya ruang gerak untuk menyelenggarakan event dengan massa yang besar memaksa pelaku industri MICE harus mencari alternatif lain.
Alternatif yang paling banyak dipilih adalah dengan menyelenggarakan virtual expo (pameran atau event secara daring).
Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP-KUKM) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Leonard Theosabrata menyatakan, pameran online tetap bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek expo tradisional.
“Namun bagaimanapun juga, esensi dari MICE sendiri adalah meeting secara langsung dan adanya interaksi penawaran dan permintaan,” kata Leonard.
Baca juga: Melirik Bali sebagai Surga Lokasi Penyelenggaraan Event MICE
Sebagai informasi, selain Iyung, Ndang Mawardi, Rizki Handayani dan Leonard Theosabrata webinar tersebut juga menghadirikan Peneliti Institute of Development for Economic and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara sebagai narasumber.
Pembahasan webinar ini dimaksudkan untuk melihat rencana penyelenggaraan MICE pada 2021. Hal ini diperlukan guna membangkitkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), industri perhotelan dan restoran, serta mengakomodasi kegiatan MICE pada tahun mendatang.