KOMPAS.com - Direktur Industri Kreatif, Film, Televisi, dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) atau Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) Syaifullah mengatakan, di tengah masa pandemi Covid-19, industri gaming mengalami perkembangan signifikan.
“Berbeda dengan industri parekraf lainnya, data Asosiasi Game Indonesia (AGI) menunjukkan, selama pandemi Covid-19 pengembang game Indonesia tumbuh 10-20 persen, sejalan dengan pelonjakkan pengguna platform digital,” kata Syaifullah, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Hal tersebut dikatakan Syaifullah, saat mengisi Webinar Seri Ngobrol Parekraf bertema Potensi Besar Industri Gaming di Indonesia, Selasa (30/6/2020).
Pada kesempatan yang sama, Presiden Indonesia Esports Premier League (IESPL) Giring Ganesha mengatakan, eSports bisa menjadi profesi yang menjanjikan bagi generasi muda.
Baca juga: Agate Luncurkan Code Atma, Game Mitologi Horor Warisan Nusantara
Ia kemduian mencontohkan pengembang game seperti Agate dari Bandung yang berhasil merilis game berjudul Valthirian Arc: Hero School Story dan meraih pemasukan sebesar 1 juta dollar AS.
"Pemain eSports bertalenta Rizki Faidan, berhasil menjuarai PES League Asia Finals 2019, dan menjadi salah satu atlet eSports ternama di Asia Tenggara,” kata Giring.
Giring menjelaskan, kepopuleran eSports dipengaruhi tiga hal. Pertama, shifting from PC to mobile, yang menunjukkan pergeseran tren penggunaan game ke perangkat yang lebih praktis yaitu telepon genggam.
Kedua, shifting from single to multiplayer yang berarti mode multipemain. Sedangkan faktor ketiga, shifting from playing to watching, yaitu peminat game menonton pemain lain menyelesaikan game melalui platform digital.
Baca juga: Ajang Pencarian Bakat Esports Pertama Indonesia Akan Hadir di Layar Kaca
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa industri gaming Indonesia semakin diakui eksistensinya. Hal ini terlihat dari data IESPL 2019 yang menunjukkan, Indonesia menempati peringkat 12 pasar gaming dunia.
Data tersebut juga menyebut total pemain game aktif di Indonesia sebanyak 62,1 juta orang dengan pendapatan sebesar 1,04 miliar dollar AS.
“Impian kami adalah melihat semakin banyak atlet eSports Indonesia menjuarai panggung kompetisi internasional dan melihat bendera merah putih berkibar diiringi lagu Indonesia Raya,” kata Giring.
Menanggapi hal tersebut, Syaifullah mengatakan, Kemenparekraf mendorong para pelaku ekonomi kreatif mengoptimalkan potensi industri gaming Indonesia.
Caranya adalah dengan menghadirkan skema insentif, dan menggelar berbagai acara seperti Piala Presiden Esports pada Februari 2020, serta Game Lokal Kreasi Indonesia (Gelora) 2020.
“Kami menyaksikan banyak talenta dan konsep orisinil game developer lokal dari berbagai daerah. Beberapa perusahaan besar juga mulai serius menggarap sektor game dengan menjadi sponsor beberapa tim eSports Indonesia,” kata Syaifullah.
Syaifullah optimis, industri gaming Indonesia berpotensi besar untuk berkembang dan bersaing dalam pasar internasional.
Baca juga: Atlet Esports Daerah Diharapkan Siap Bersaing di Level Internasional
Pasalnya pada 2017, pengembang aplikasi dan game berkontribusi 1,93 persen atau Rp 19.115,1 miliar terhadap produk domestik bruto sektor ekonomi kreatif Indonesia.
“Pada tahun yang sama, sektor ini dapat menyerap 44.733 tenaga kerja pada subsektor aplikasi dan game developer,” kata Syaifullah.
Meski begitu Syaifullah mengakui, industri gaming masih memiliki beberapa masalah, antara lain pembajakan, keamanan siber, serta pemerataan akses telekomunikasi.
Untuk itu, Asosiasi Game Indonesia (AGI) bersama LIPI dan Kominfo, sedang melakukan riset nasional untuk mengetahui kondisi terbaru ekosistem industri game Indonesia.
Pasalnya, ketersediaan data yang akurat menjadi poin penting dalam penyusunan kebijakan pengembangan ekosistem gaming nasional.