KOMPAS.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) mencatat, setidaknya ada 44.295 pekerja seni dan pekerja kreatif terkena dampak pandemi Covid-19.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Josua Simanjuntak menjelaskan, para pekerja itu pun telah diajukan ke Kementerian Sosial untuk menerima bantuan sosial dari pemerintah.
Selain itu, Kemenparekraf secara mandiri juga akan terus melanjutkan program pendampingan dan pelatihan secara daring kepada Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) agar mendapat kompetensi yang dibutuhkan untuk kembali bekerja seusai pandemi.
Dia mengatakan itu dalam acara “Webinar Pemanfaatan Platform Digital Sebagai Sarana Showcase Musik Tanah Air” bersama narasumber yang juga praktisi di industri musik Wendi Putranto, Rabu (24/6/2020).
Baca juga: Kemenparekraf Susun Rencana Pemulihan Destinasi Pariwisata di Era New Normal
Josua menjelaskan, Kemenparekraf telah menyiapkan berbagai langkah dan strategi pemulihan di sektor parekraf untuk menyambut kenormalan baru, salah satunya menggunakan platform digital.
Platform digital ini salah satunya disiapkan untuk subsektor kreatif yang terdampak, yaitu para pekerja seni yang kehilangan pekerjaan, termasuk para musisi di dalamnya.
“Kegiatan hari ini diharapkan bisa menjadi penyemangat bagi pekerja di industri musik untuk terus berkarya secara kreatif di tengah masa transisi menuju tatanan kenormalan baru,” ungkapnya.
Dia pun berharap, para musisi bisa menyesuaikan diri melalui pemanfaatan platform digital untuk membuka potensi pasar baru di ranah global karena digital berarti sudah tanpa batas.
Baca juga: Sosialisasikan Covid-19 Lewat Game, Kemenparekraf Fasilitasi 7 Pengembang Game Lokal
“Maka bersiap-siaplah para pemusik untuk berkarya yang terbaik,” katanya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Dalam pemaparannya, Josua menyampaikan, Kemenparekraf tengah menyiapkan program “Portamento” bagi musisi.
Program ini merupakan platform berbentuk aplikasi sebagai media pemasaran karya musik yang akan terhubung langsung dengan pembeli.
Melalui teknologi ini, musisi dapat mengunggah karya musik dengan data sebagai administrasi hak cipta yang akan terhubung dengan platform penyedia musik online, seperti Spotify, Youtube, Joox, dan lainnya.
Baca juga: Jaga Eksistensi Pariwisata Indonesia, Kemenparekraf Update Product Pariwisata untuk Pasar India
“Kami juga berharap, dengan protokol kesehatan yang sudah diresmikan oleh Kementerian Kesehatan, industri ekraf akan dapat segera kembali beraktivitas,” harapnya.
Dengan ini, dia juga berharap para musisi dapat kembali berkolaborasi dan tampil di depan publik.
“Sambil juga terus memanfaatkan digital sebagai sarana untuk menunjukkan karya-karya terbaik sehingga bisa diapresiasi oleh masyarakat luas,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, secara berkala, Kemenparekraf/Baparekraf telah mengadakan pula sharing session seputar musik dan konser musik virtual yang melibatkan musisi-musisi berbakat di tanah air.
Beberapa di antaranya adalah "Ngamen Online" hasil kerja sama dengan Institut Musik Jalanan (IMJ) dan Festival Musik dan Amal "Good Vibrations".
Baca juga: Fokus Bangun Kepercayaan untuk Sektor Parekraf, Kemenparekraf Siapkan Handbook
Lalu, ada pula "Spirit of Online Performance" yang berkolaborasi dengan pelaku seni dan kreatif di Danau Toba dan “Konser Solidaritas Bersama Jaga Indonesia” yang disiarkan secara serentak di beberapa stasiun TV nasional.
“Acara-acara tersebut bertujuan untuk menjaga solidaritas dengan rekan-rekan musisi dan berbagi ilmu yang bermanfaat di masa pandemi Covid-19 kepada masyarakat,” jelasnya.
Maka dari itu, platform digital kemudian dipilih sebagai panggung alternatif bagi penggiat musik mengingat mobilitas dan kegiatan offline harus berhenti.
Hal itu dilakukan seiring adanya kebijakan protokol physical distancing, bekerja dari rumah dan belajar dari rumah.
Baca juga: Hadapi “New Normal”, Kemenparekraf Harapkan Industri MICE Antisipasi Perubahan
Perlu diketahui, platform digital hadir untuk memberikan kemudahan bagi semua kalangan.
Media sosial seperti YouTube, Facebook, Twitter, dan Instagram, juga platform virtual conferencing seperti Zoom, Google Hangout, dan Microsoft Teams bisa mendekatkan musik kepada penggemar secara mudah, real time, dan mengakomodasi kebutuhan live secara interaktif.
Musisi juga dapat memanfaatkan fitur polling untuk mengetahui umpan balik yang dibutuhkan mengenai karya mereka.
Selain itu, ada pula pilihan aplikasi video konferensi yang mendukung interaksi dua arah dan menawarkan opsi pengaturan konten atau kurasi penonton.
Sebagai penutup acara, Josua menyampaikan harapannya agar pelaku industri musik dapat bersinergi untuk menguatkan ekosistem.
Baca juga: Sambut New Normal, Kemenparekraf Fokus pada Aspek Program Bersih, Sehat, dan Aman
“Dengan digitalisasi yang menjadi bagian dari kita terutama di era Covid-19, tugas kita semua sebagai pelaku industri musik, komunitas, media, dan pemilik bisnis adalah untuk menciptakan karya-karya musik kelas dunia yang bisa dikonsumsi masyarakat dunia juga. From Indonesia to the world,” tuturnya.
Sementara itu, pembicara webinar lainnya Wendi Putranto menjelaskan perspektifnya dari dua sisi, yaitu sebagai Co-founder ruang kreasi dan tempat pertunjukan live music M Bloc dan seorang manajer band.
Menurutnya, selama pandemi, terdapat tren menarik mengenai konten digital musik, di antaranya merebaknya fenomena wawancara live di Instagram, konten kolaborasi virtual jamming antar musisi, dan tren konser virtual.
Baca juga: Kemenkes Perbolehkan Acara Konser, Tapi Penonton Tak Boleh Berdiri
Di samping itu, pemanfaatan platform digital juga banyak digunakan musisi untuk melakukan aksi solidaritas.
Dia mencontohkan, salah satunya adalah kegiatan penggalangan dana yang digagas M Bloc dan Kitabisa.com bertajuk Dana Solidaritas Kreatif C-19 #KreatifDiSaatSulit.
Acara ini terdiri dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama Maret dan April 2020, seperti virtual talk show dan konser live streaming. Acara ini pun berhasil mengumpulkan dana sebanyak Rp 65.093.368.
Penyaluran dana bantuan diberikan kepada pekerja kreatif harian, yaitu kru band, fotografer panggung, musisi jalanan, seniman pantomim, pekerja kreatif disabilitas, dan komunitas kreatif lainnya, termasuk tenaga medis.
“Dalam situasi pandemi seperti sekarang masa depan akan semakin terasa menantang,” sebutnya.
Baca juga: Aplikasi Konser Musik Dunia untuk Mendukung Palang Merah Internasional
Namun, dia meminta semua pihak harus tetap semangat meraih peluang baru, beradaptasi, dan melakukan eksperimen acara yang disesuaikan dengan protokol yang telah ditetapkan.
“Dalam dunia showbiz, pertunjukan harus terus berjalan,” tegas Wendi.
Selain itu, Wendi yakin pula bahwa masa-masa pandemi seperti saat ini tidak seharusnya menurunkan semangat musisi baru dalam berkarya.
“Musisi baru harus pintar memanfaatkan platform-platform digital untuk mendistribusikan lagu,” tuturnya.
Namun, yang tidak kalah penting, lanjutnya, musisi pendatang baru harus memiliki lagu yang berkarakter dan membuat perencanaan promosi yang berkelanjutan di media massa,” tambahnya.
Baca juga: Meski Rumit, Erwin Gutawa Ungkap Cara Gelar Konser Orkestra Secara Virtual