KOMPAS.com - Kegembiraan terpancar jelas pada raut wajah warga Papua Nugini saat pertama kali menjajal tiga permainan tradisional Indonesia di hari kedua Festival Crossborder Sota 2019, Sabtu (15/6/2019).
Dalam rilis yang Kompas.com terima dijelaskan, tiga permainan tradisional tersebut yakni tarik tambang, lomba bakiak dan lomba lari dengan batok kelapa.
Namun, puncak keseruan terjadi ketika lomba bakiak digelar. Dengan sigap seluruh peserta membentuk tim yang terdiri dari empat orang.
Para peserta, khususnya warga Papua Nugini sempat mengalami kerepotan.Alih-alih berjalan, mereka malah terjatuh lantaran sulit mengatur kekompakan gerak kaki. Namun, di situlah keseruan tercipta.
“Berbagai treatment memang harus dilakukan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat Papua Nugini. Salah satu yang kami tampilkan adalah games tradisional dan terbukti ini bisa menarik perhatian wisatawan Papua Nugini,” paparnya.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memberikan apresiasi untuk strategi yang diterapkan di Festival Crossborder Sota 2019.
“Luar biasa, karena wisatawan asal Papua Nugini juga diajak menikmati budaya Indonesia dalam bentuk games. Ini bukan hanya memberikan kegembiraan, tapi juga memperkenalkan budaya kita. Sukses buat Festival Crossborder Sota.” kata mantan Dirut PT Telkom itu.
Selain games, penampilan dari Maro Band dan Bremer Band juga menambah keseruan di hari kedua Festival Crossborder Sota 2019.
Kedua band tersebut sukses membuat seluruh pengunjung bergoyang dalam iringan musik beat dan reggae yang menjadi favorit warga di sana.