KOMPAS.com - Kementerian Pariwisata ( Kemenpar) memberikan bantuan untuk pemilik homestay yang terletak di Desa Wisata Silalahi I dan Silalahi II, Dairi, Sumatera Utara.
Bantuan tersebut diserahkan bersamaan dengan diadakannya Workshop Homestay dan Desa Wisata di Balai Desa Silalahi II, Kamis (13/6/2019).
Adapun bantuan yang diberikan berjumlah 10 paket untuk masing-masing desa wisata. Satu paket bantuan terdiri dari 1 spring bed, 2 bantal, 2 guling, 1 seprai, 1 bed cover, dan 1 buku tamu.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar, Lokot Ahmad Enda berharap bantuan itu dapat membantu pengembangan homestay.
"Semoga bantuan yang kami berikan bisa dimanfaatkan dengan baik dan dapat membantu perkembangan Desa Wisata di kawasan Danau Toba agar lebih baik lagi dan semakin ramai," kata Lokot dalam pernyataan tertulis, Jumat (14/6/2019).
Sementara itu, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Destinasi Area I B Kemenpar Andhy Marpaung yang saat itu turut hadir menambahkan, bantuan tersebut merupakan stimulus.
Pemerintah akan mengevaluasi program bantuan tersebut. Dengan begitu, Kemenpar bisa menentukan bantuan apa lagi yang tepat diberikan.
"Kita ingin membantu tempat tidur homestay di sini harus sesuai standar dulu. Nanti kita lihat perkembangannya, apa yang bisa diberikan lagi," kata Andhy.
Ia juga berharap kedua desa wisata Silalahi ini dapat dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sehingga ada yang mengatur penempatan kamar yang akan digunakan wisatawan.
Pasalnya, BUMDes memiliki fungsi salah satunya sebagai tenaga pemasaran.
"Dengan diatur BUMDes akan terjadi pemerataan. Semua kamar akan terisi walau secara bergantian. BUMDes juga bisa bekerja sama dengan masyaakat membuat paket makan untuk para tamu yang datang, sehingga dampak perekonomian makin besar dirasakan," jelas Andhy.
Pemberdayaan Desa Silalahi
Bukan tanpa sebab Kemenpar mengadakan workshop dan memberikan bantuan untuk kedua Desa Wisata Silalahi.
Menurut Lokot, masyarakat pengelola homestay masih belum memahami bagaimana memperlakukan wisatawan yang datang.
Padahal, Desa Wisata Silalahi memiliki keunggulan karena berdekatan langsung dengan Danau Toba.
" Wisatawan yang menginap di hotel itu berbeda dengan yang menginap di homestay. Bila di hotel wisatawan ingin privasi dan dilayani, wisatawan menginap di homestay ingin berbaur dengan masyarakat sehingga kebersihan menjadi sangat penting," ujar Lokot.
Bukan hanya lingkungan homestay saja, ia meminta masyarakat memperhatikan kebersihan danau dan sekitarnya, sehingga wisatawan bisa menikmati Danau Toba dengan puas.
"Contohnya keberadaan keramba ikan. Itu sebaiknya dipindahkan ke lokasi danau yang tidak didatangi wisatawan. Sampah-sampah di sekitar Danau juga harus selalu dibersihkan," ujar dia.
Wisatawan yang menginap di homestay ingin mengetahui kearifan lokal dan cerita-cerita (storytelling) masyarakat sekitar, baik itu budaya maupun kuliner.
"Di Silalahi ini, bisa dibuatkan storytelling tentang sejarah asal nama Silalahisabungan, mengapa namanya Tao Silalahi, dll. Sementara, untuk makanan khas yang bisa ditonjolkan yaitu Mangga Silalahi," ujar dia.
Sekadar informasi, Mangga Silalahi dapat langsung dikonsumsi bersamaan dengan kulitnya yang konon memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.
Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Dairi, Marulak Situmorang mengapresiasi bantuan dari Kemenpar tersebut.
Menurut dia, program Kemenpar itu memang sangat dibutuhkan pelaku homestay di Desa Silalahi.
"Kegiatan usaha homestay di sini memang belum lama, sehingga masih dibutuhkan banyak bimbingan. Terima kasih banyak kepada Kemenpar yang tak bosan-bosannya memberikan arahan dan bantuan kepada pelaku homestay." ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, homestay menjadi perhatian Kemenpar.
Arief menambahkan, pariwisata sekitar Danau Toba semakin tumbuh ke arah yang lebih baik, sehingga ia berharap para pelaku homestay dapat mengakses modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pariwisata karena ada banyak value yang diperoleh masyarakat.
"Kami juga tetap memperhatikan homestay-homestay yang ada di sekitar Danau Toba. Sebab, kawasan destinasi ini terus tumbuh dengan pergerakan wisatawan sangat kompetitif. Aspek amenitas harus dikuatkan.” kata Arief Yahya.