KOMPAS.com - Solo merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki banyak atraksi dan destinasi, sehingga layak untuk disinggahi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam rilis Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang diterima oleh Kompas.com, Senin (20/5/2019).
Di sisi lain, ditambahkan oleh Arief, Solo memiliki kekompakan dalam memajukan pariwisata. Kekompakan itu datang baik dari pemerintah daerah, pengusaha, maupun masyarakat umum.
“Semangat membangun pariwisata ini akan mendorong iklim bisnis dan investasi yang kondusif di Solo. Majunya pariwisata juga akan berimbas luas hingga ke masyarakat. Roda perekonomian akan berputar lebih baik,” ujar Arief.
Jadi, jika kota Solo menjadi tujuan mudik Anda kali ini, maka kurang asyik rasanya kalau hanya berdiam diri, apalagi dalam suasana #PesonaMudik2019 seperti sekarang ini.
Lantas, apa saja yang bisa dikunjungi saat mudik ke kota yang mendapat julukan sebagai Kota Batik ini?
Berikut 10 wisata populer di Kota Solo yang bisa Anda sambangi saat berkunjung ke sana.
Wisata alam yang satu ini berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Sepanjang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
Air terjun Grojogan Sewu memiliki tinggi sekitar 81 meter. Dinamakan seperti itu lantaran debit airnya yang cukup besar, meski musim kemarau sekalipun volume airnya tetap saja mengalir cukup banyak.
Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Kasunanan didirikan oleh Susuhan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada 1744.
Bangunan tersebut dibangun sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak akibat Geger Pecinan pada 1743.
Meski dibuka untuk umum, namun ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki oleh wisatawan, salah satunya kediaman Raja Pakubuwono.
Wisatawan hanya diperbolehkan masuk ke pendopo besar di dalam Sasana Sewaka. Tempat tersebut biasa dipergunakan untuk pertunjukan tari dan gamelan.
Selain itu, pengunjung bisa pula menyambangi museum yang ada di dalam kawasan Keraton Kasunanan.
Sebab di museum tersebut terdapat banyak koleksi kerajaan yang tersimpan seperti kereta kencana, tandu, patung, senjata kuno dan lain-lain.
Taman ini sengaja dibangun oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII atas kecintaannya terhadap sang putri, yaitu Gusti Raden Ayu (GRAy) Partini dan GRAy Partinah.
Taman yang bernama Partinah Bosch berbentuk semacam hutan kota, sedangkan taman berikutnya yakni Partini Tuin merupakan kolam air.
Taman Balekambang ini memiliki luas sekitar 9,8 hektar (ha) dan berada di Jalan Ahmad Yani, Surakarta.
4. Kampoeng Batik Laweyan
Kampoeng Batik Laweyan sudah menjadi ikon batik Solo sejak abad ke-19. Hingga kini, lebih dari 250 motif batik khas Lawean sudah dipatenkan.
Tak hanya berjualan batik, Kampoeng Batik Laweyan ini menawarkan pula paket wisata workshop pembuatan batik.
Wisatawan yang tertarik bisa mengikuti kursus membatik dalam waktu singkat.
Selain itu, ada pula pelatihan membatik secara intensif, khusus bagi yang ingin mendalami teknik membatik, baik tulis maupun cap.
Pasar yang letaknya persis berdampingan dengan Keraton Surakarta Hadiningrat ini merupakan pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah.
Pasar Klewer melayani transaksi ribuan pedagang dan pembeli setiap harinya. Tercatat ada 2.211 pedagang yang memiliki kios dan 765 pedagang yang tidak memiliki kios.
Pasar ini juga menjadi ikon Kota Solo yang lebih modern. Pembeli di Pasar Klewer bisa mendapat potongan harga lumayan besar jika berbelanja dalam jumlah banyak.
Pura Mangkunegaran adalah istana yang megah dan indah di Kota Solo. Nama pura tersebut berasal dari bahasa Jawa yang berarti istana atau kerajaan.
Pura Mangkunegaran yang didirikan pada tahun 1757 ini menjadi pusat budaya dan seni di Kota Solo. Berbagai koleksi berharga tersimpan di dalamnya dan dipercaya berasal dari Kerajaan Mataram dan Majapahit.
Jika berkunjung ke sini, wisatawan akan ditemani seorang tour guide. Begitu memasuki pintu gerbang, wisatawan langsung menuju pendopo bergaya Jawa-Eropa.
Pendopo tersebut biasa digunakan untuk pertunjukkan tari dan wayang. Wisatawan juga bisa masuk ke Pringgitan, yaitu tempat dimana keluarga kerajaan tinggal. Termasuk ke tempat penyimpanan benda-benda kerajaan.
Candi yang terletak di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar ini diperkirakan dibangun pada akhir masa Kerajaan Majapahit atau sekitar abad ke-15 masehi.
Maka tak heran bila Candi Cetho memiliki ornamen bergaya agama Hindu pada seluruh bangunannya.
Seperti Candi Cetho, Candi Sukuh juga berada di lereng Gunung Lawu. Tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Candi yang juga bergaya agama Hindu ini diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 masehi.
Diduga, Candi Sukuh ini dibangun untuk tujuan pengruwatan yaitu ritual menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang.
Dugaan tersebut berdasarkan dari relief candi yang menggambarkan cerita pengruwatan.
Pasar yang berdiri sejak tahun 1939 ini menyediakan berbagai barang antik dengan kondisi yang masih terjaga.
Keunikan tersebutlah yang menjadikan Pasar Triwindu sebagai bagian dari wisata budaya di Kota Solo.
Wisatawan bisa menemukan perabotan vintage lucu dari masa lalu seperti kursi, lemari, gramofon, cermin, koin kuno, sepeda kuno, piring dan perabot lainnya.
Kepopulerannya saat ini bahkan meluas hingga ke mancanegara. Ini dibuktikan dari banyaknya turis asing yang singgah ke pusat perniagaan tersebut.
Museum Batik Danar Hadi atau biasa juga disebut House of Danar Hadi ini berdiri sejak tahun 1967 dan konon memiliki lebih dari 10.000 lembar kain.
Komplek museum sendiri meliputi bangunan megah yang berdiri di antara rimbunnya pepohonan. Jika dilihat dari luar, suasana museum tampak asri.
Batik yang menjadi koleksi museum tersebut kebanyakan merupakan koleksi pribadi dari H. Santosa Doellah.
Namun, ada pula batik-batik hasil lelang, pemberian dari beberapa publik figur tenar, dan batik yang dibuat di workshop Danar Hadi.
Lantaran banyaknya koleksi batik yang terdapat di sana, Museum Danar Hadi berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).