KOMPAS.com – Kementerian Pariwisata ( Kemenpar) secara resmi membuka Festival Lawata di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Sabtu (6/4/2019).
Festival yang akan berlangsung 3 hari ke depan tersebut seyogianya merupakan upaya Kemenpar untuk memajukan kain tenun khas Bima.
“Sejatinya kain tenun Bima memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dipasarkan hingga ke pasar nasional karena memiliki nilai estetika tinggi dan semakin langka,” papar Kabid Pemasaran Area II Regional III di Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar, Hendry Noviardi, sesuai dengan rilis yang Kompas.com terima, Minggu (7/4/2019).
Dibalut dengan panggung yang megah, Festival Lawata menghadirkan pertunjukan kreasi busana terbaik yang mengangkat kekuatan kain tenun khas Bima.
Untuk memberikan dampak yang besar, maka Kemenpar dalam pelaksanaan festival tersebut menggandeng desainer ternama Samuel Wattimena.
Menyinggung kain tenun Bima, Samuel Wattimena mengatakan jika kain tenun ini memiliki ciri khas yang unik, mengingat prosesnya seperti disungkit sehingga menimbulkan efek di permukaan kain yang dihias.
Makanya, dia yakin nantinya tenun Bima dapat berkembang menjadi sebuah karya yang menakjubkan.
“Bukan hanya sebagai pakaian saja, tetapi juga sebagai aksesoris fashion lainnya, seperti tas dan barang-barang kesenian lainnya, papar Samuel.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar, Ricky Fauziyani mengatakan, jika Festival Lawata menjadi istimewa karena kental dengan nilai-nilai luhur budaya masyarakat Bima.
" Ini menjadi nilai lebih yang bisa dijual ke wisatawan," ujar Ricky.
Lebih lanjut Ricky menyatakan, destinasi wisata dengan unsur nilai-nilai budaya memang menjadi perhatian lebih Kemenpar untuk digali potensinya.
Merujuk data Kemenpar, kunjungan wisatawan ke Indonesia 60 persen adalah untuk wisata budaya. Sedangkan 35 persen tertarik dengan wisata alam dan sisanya berminat pada obyek wisata buatan.
Teriat budaya, ditempat terpisah Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya memiliki keyakinan, jika budaya semakin dilestarikan akan makin mensejahterakan.
“Karena budaya itu selalu dicari wisatawan mancanegara. Bukan hanya tari-tarian tetapi juga kerajinan khas dari berbagai daerah di Indonesia seperti kain tenun Bima ini,” papar Menpar.
Oleh karena itu, kata Menpar, ke depan, Kemenpar akan terus mendorong para penenun di Kota Bima. Ini agar mereka dapat menggali serta mengembangkan potensi dari kain tenun yang dibuatnya.
“Terlebih kain tenun ini bagian dari budaya, karena faktanya budaya dan sejarah itu sangat laku dijual ke wisatawan. Ini yang harus kita maksimalkan,” tutup Menpar.