JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mendapat penghargaan di ajang Men's Obsession Award, Rabu (6/3/2019) lalu, sebagai best individual achievers dalam kategori menteri.
Penghargaan ini diterimanya selama 5 tahun berturut-turut. Arief bersama nama-nama pemenang lainnnya muncul lewat proses seleksi yang mengacu pada riset Indonesia Research and Survey (IReS).
Arief Yahya dinilai sebagai pribadi yang punya program dan agresif untuk tujuan yang lebih baik. Dia juga dinilai memiliki sasaran jelas dan terukur, serta menyimpan obsesi-obsesi besar di masa depan.
"Terima kasih atas kepercayaan ini," kata Arief Yahya, Kamis (7/3/2019).
Menurut dia, penghargaan tersebut merupakan apresiasi terhadap seluruh tim di Kementerian Pariwisata ( Kemenpar).
"Karena saat ini seluruh tim sedang bekerja keras untuk mengejar target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, sekaligus menjadikan sektor pariwisata sebagai pencetak devisa negara terbesar," tambah Arief.
Dia mengatakan, penghargaan ini semakin menaikkan confidence level jajarannya dalam mengejar target 20 juta kunjungan wisman di 2019. Menurut dia, formula terbaiknya sudah disiapkan untuk memaksimalkan seluruh program yang ada.
"Kami punya keyakinan tinggi untuk mendapatkan hasil terbaik," katanya.
Dengan tambahan penghargaan ini, Arief mengakui, dirinya dan jajarannya makin percaya diri. Sepanjang 2018, kementerian di bawah komandonya memperoleh 66 penghargaan dari lembaga-lembaga yang kredibel.
Kemenpar sendiri terpilih sebagai The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) se-Asia Pasifik di ajang TTG Travel Awards 2018. Bahkan, World Travel & Tourism Council (WTTC) menempatkan Indonesia di posisi ke-9 negara dengan pertumbuhan wisman tercepat di dunia nomor 3 di Asia dan nomor 1 di Asia Tenggara.
Kunjungan wisman ke Indonesia tercatat tumbuh 22 persen. Angka tersebut berarti 3 kali lipat dibandingkan rata-rata pertumbuhan regional Asia Tenggara (7 persen). Bahkan, pertumbuhan dunia saja hanya 6 persen.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia yang meroket juga sejalan dengan pertumbuhan investasi di sektor pariwisata. Pariwisata semakin terlihat seksi di mata investor.
Hingga kuartal I tahun 2018, nilai realisasi investasi pariwisata sudah mencapai 21,67 persen atau 433,5 juta dollar AS. Padahal, target 2018 hanya sebesar 2.000 juta dollar AS. Bahkan, devisa dari sektor pariwisata di 2018 diproyeksikan mencapai 17,6 miliar dollar AS. Angka tersebut didapatkan dari kunjungan 16 juta wisman di 2018.
"Artinya, pariwisata kita tumbuh signifikan. Performanya tetap positif. Meskipun saat ini hasil devisa tahun 2018 masih dalam tahap penghitungan," papar Arief.
Pencapaian pun tak berhenti sampai di situ. Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) yang dikembangkan sebagai Bali Baru mengalami kemajuan signifikan, terutama dalam unsur 3A (Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas).
Penambahan penerbangan langsung dikebut di seluruh area DPP. Pengembangan amenitas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keunggulan daerah juga dilakukan. Bahkan, yang terbaru, Mandalika bersiap mewujudkan mimpi menjadi tuan rumah penyelenggaraa MotoGP di 2021.
"Keinginan kami kami hanya satu, menjadikan pariwisata sebagai core ekonomi bangsa. Kami yakin pariwisata bisa membawa banyak kesejahteraan untuk Indonesia," ujar Arief Yahya.