KOMPAS.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengaku sumringah melihat indeks daya saing pariwisata Indonesia versi World Economic Forum (WEF) naik.
Lembaga dunia tersebut menaikkan dua posisi Indonesia dalam kategori Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) pada 2019.
"Alhamdulillah, setelah sebelumnya di posisi ke-42 menjadi ke-40 dari 140 negara," ucap dua sesuai keterangan rilis yang Kompas.com terima, Jumat (6/9/2019).
Kenaikan ini menjadi berkesan bagi Menpar mengingat persaingan pariwisata global yang dinilainya sangat ketat.
Baca juga: Pentingnya Pengembangan SDM untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia
“Setelah tahun 2013-2014 peringkat 70 dunia, naik ke posisi 50 pada 2015, naik lagi peringkat 42 pada 2017, dan ke-40 di tahun ini,” ungkap Menpar.
Dalam peringkat baru tersebut, untuk kawasan Asean, Singapura turun 5 peringkat menjadi posisi ke-17 dunia, Malaysia juga turun 3 peringkat menjadi ke-26.
Sementara itu, Thailand naik 3 tingkat menjadi 31 dan Vietnam naik 4 peringkat menjadi 63.
Indikator penilaiannya pun bukan kaleng-kaleng, data pertimbangan TTCI diambil dari berbagai sumber.
Baca juga: Hadapi Era Industri 4.0, Kemenpar Akan Tingkatkan SDM Pariwisata
Antara lain United Nation World Tourism Organization (UNWTO) serta tokoh-tokoh terpercaya dan independen.
Pencapaian ini, lanjut Menpar, dilakukan dengan kerja keras dan dedikasi tinggi.
Di antaranya dengan menimba ilmu dari sejumlah negara maju dan membangun sumber daya manusia (SDM) melalui enam kampus pariwisata yang dikelola Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Enam kampus yang dimaksud adalah Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, STP Nusa Dua Bali, Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Palembang, Poltekpar Lombok, Poltekpar Medan dan Poltekpar Makassar.
Baca juga: Infrastruktur Berperan Penting untuk Kemajuan Pariwisata
Menpar berujar, lulusannya keenam kampus tersebut langsung terserap pasar, bahkan 30 persen di antaranya bekerja di sektor pariwisata luar negeri.
"Seluruhnya dibekali Curricullum, Center of Excellent, Certification (3C) standar dunia bekerjasama dengan UNWTO. Tenaga pengajarnya juga kompeten dengan komposisi 70 persen praktik dan 30 persen teori," lanjut Menpar.
Selain itu, pengembangan wisata berkelanjutan juga menerapkan konsep environment, community dan economic value (ECE), sebuah konsep yang memperhatikan faktor lingkungan.
"Secara riil kami juga harus berkolaborasi dengan Kementerian dan lembaga lain, untuk menjaga lingkungan," terang Menpar.
Ke depan Menpar berharap, melalui ragam upaya ini dapat membuat Indonesia berada diposisi 30 besar dunia.
"Kami akan terus berusaha membuat semua pilar berjalan semakin baik,” tutup Menpar.