Traditional Dress Experience Tawarkan Sensasi Jadi Raja Melayu Sehari

Kompas.com - 15/08/2019, 11:00 WIB
HTRMN,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ingin merasakan sensasi menjadi Bangsawan Melayu? Silakan bertandang ke Pulau Penyengat dan ambil paket Traditional Dress Experience.

Bukan hanya sekadar jalan-jalan, wisatawan pun bisa merasakan pengalaman hidup bak raja-raja. Sebab pada paket wisata tersebut disediakan Petragne atau singgasana.

Wisatawan pun diperbolehkan berfoto di singgasana yang terletak di Balai Adat Pulau Penyengat tersebut. Jumlahnya ada tiga, dengan posisi raja berada di tengah.

Sisi kanan adalah tempat duduk Datuk Bendahara, lalu sisi kiri diperuntukan bagi Temenggung. Selain Petragne, disediakan juga Ma’andam yang notabene pelaminan pernihakan khas Melayu.

Baca juga: 5 Destinasi Unggulan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau

Interpreter Traditional Dress Experience Pokdarwis Pulau Penyengat Heriawan Farihin memberikan penjelasannya terkait paket wisata yang sudah lulus Uji Trail Paket Wisata Budaya, Sabtu (27/8/2019) lalu.

Dikatakannya, Traditional Dress Experience dibuat untuk semakin mendekatkan wisatawan dengan budaya Melayu karena mereka bisa mencoba busana tersebut.

“Busana-busana tersebut pun sudah dimodifikasi, sehingga memudahkan para penggunanya,” jelas Heriawan lewat keterangan resminya, Kamis (15/8/2019).

Lebih lanjut ia menerangkan mengenai cara pemakaiannya. Nantinya, wisatawan lebih dulu memilih strata bangsawan yang diinginkan.

Baca juga: Kilas Balik Sejarah Melayu di Pulau Penyengat

Uniknya, kasta tersebut bisa dikenali mudah dari warna busanya. Misal kuning yang identik dengan raja Melayu, merah untuk panglima perang Melayu, dan hijau sebagai identitas bagi para temenggung.

Adapun untuk busana adat Melayu putra terbagi menjadi lima, yaitu tanjak, bros, keris, bengkong (sabuk), hingga kain songket.

Sementara itu, untuk putri terdiri sunting, dok atau rantai, pending, dan kain songket. Sunting atau mahkota di kepala ditengarai dipengaruhi budaya Tiongkok.

Ada juga Busana Kurang Melayu. Variannya terdiri dari Baju Kurung Cekak Musang, Tulang Belut, Teluk Belanga, hingga Kebaya Labuh.

Baca juga: Masjid di Pulau Penyengat, Konon Dibangun dengan Bahan Putih Telur

Wisatawan menjajal sensasi duduk di singgasana raja.Dok. Kemenpar Wisatawan menjajal sensasi duduk di singgasana raja.

Busana Melayu penuh filosofi

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kepariwisataan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, busana Melayu memiliki kekhasannya masing-masing.

“Lebih dari sekadar busana, ada banyak filosofi yang harus diketahui oleh para pemakaianya,” terang Giri.

Misal, lanjut Giri, pada Baju Kurung Teluk Belanga. Ini memiliki ciri kerah terbalik dan memiliki lima kancing yang menjadi simbol syariat Islam.

Adapun satu kancing besar berbentuk bros pada baju tersebut melambangkan keesaan Tuhan.
Giri juga menjelaskan, selain mengandung makna Ketuhanan, busana Melayu bisa mereprensentasikan kelas sosial pemakainya.

Baca juga: Siap-Siap, 8 Paket Wisata Pulau Penyengat Bakal Dirilis!

Contohnya pada busana Melayu putri yang umumnya memiliki ukuran lebar. Desain tersebut dibuat untuk menghindari kesan seksi.

Bahkan, pada lipatan kain luar baju tersebut bisa digunakan sebagai penanda status pernikahan si pemakai, baik wanita maupun pria.

Itu ditentukan dari gaya lipatannya. Bila lipatan terluar berada di sisi kanan, maka pemakainya sudah menikah. Namun, bila lipatan baju di sisi kiri, ini berarti ia masih berstatus lajang.

Lebih detail soal baju Melayu pria. Giri menerangkan sudah atau belum menikahnya laki-laki dapat dilihat dari panjang-pendeknya kain Songket.

Baca juga: Melancong ke Lhokseumawe, Belilah Songket Aceh

Jika ujung terbawah kain berada di atas atau di bawah lutut, maka pemakainya masih lajang. Mereka yang sudah menikah pun dikenali bila ujung Songket berada di bawah lutut.

Namun, apabila sampai menyentuh betis, maka pemakainya adalah alim ulama atau pemuka agama.

“Hal ini tentu menjadi pengetahuan baru bagi wisatawan. Untuk itu, silakan berkunjung ke Pulau Penyengat lalu nikmati Paket Wisata Budaya Traditional Dress Experience tersebut,” pungkasnya.

Lewat paket wisata Traditional Dress Experience ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya optimis target wisatawan ke Pulau Penyengat bisa tercapai.

Baca juga: Muhibah Bugis Melayu Serumpun Pikat 219 Wisatawan Singapura

Dijelaskannya, dalam sebulan saja rata-rata ada 20-30 wisatawan mancanegara ( wisman) yang sudah mencobanya.

Sementara itu, lanjut Arief, wisatawan nusantara (wisnus) yang datang dari Singapura, Malaysia, Tiongkok, Belanda, Swedia, hingga Afrika Selatan, bisa mencapai angka 100 orang sebulan.

“Traditional Dress Experience menawarkan suasana Melayu secara utuh. Wisatawan bisa memproduksi konten untuk media sosial. Mengenakan busana Melayu dengan background Petragne atau sisi lain Balai Adat akan direspon positif netizen,” pungkas Arief.

Terkini Lainnya
Jelajahi Petualangan Raga dan Rasa di Balik Kemegahan Borobudur

Jelajahi Petualangan Raga dan Rasa di Balik Kemegahan Borobudur

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Dari Ekowisata hingga Spa Rempah Lokal: Perjalanan Menyenangkan di Likupang

Dari Ekowisata hingga Spa Rempah Lokal: Perjalanan Menyenangkan di Likupang

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Destinasi “Healing” di Mandalika, Perpaduan Kearifan Lokal dan Keindahan Alam

Destinasi “Healing” di Mandalika, Perpaduan Kearifan Lokal dan Keindahan Alam

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Menpar Imbau Pengelola Destinasi Wisata Patuhi Aturan Perizinan

Menpar Imbau Pengelola Destinasi Wisata Patuhi Aturan Perizinan

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kinerja Pariwisata Indonesia 2024 Positif, Sumbang Devisa 12,63 Miliar Dollar AS hingga Raih 67 Penghargaan

Kinerja Pariwisata Indonesia 2024 Positif, Sumbang Devisa 12,63 Miliar Dollar AS hingga Raih 67 Penghargaan

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Cocok untuk Libur Akhir Tahun, Pantai Kelingking Jadi Pantai Terbaik di Asia pada 2024 

Cocok untuk Libur Akhir Tahun, Pantai Kelingking Jadi Pantai Terbaik di Asia pada 2024 

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Libur Akhir Tahun di Borobudur, Ini Cara Beli Tiketnya

Libur Akhir Tahun di Borobudur, Ini Cara Beli Tiketnya

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bali Dipilih sebagai Tempat Favorit Wisatawan, Cocok Jadi Tempat Libur Akhir Tahun

Bali Dipilih sebagai Tempat Favorit Wisatawan, Cocok Jadi Tempat Libur Akhir Tahun

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bingung Cari Destinasi Wisata Akhir Tahun? Coba Kunjungi Pantai Pasir Timbul Mansuar di Raja Ampat

Bingung Cari Destinasi Wisata Akhir Tahun? Coba Kunjungi Pantai Pasir Timbul Mansuar di Raja Ampat

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bali Destinasi Honeymoon Terbaik 2024, Tempat Tepat Pasutri Habiskan Libur Akhir Tahun

Bali Destinasi Honeymoon Terbaik 2024, Tempat Tepat Pasutri Habiskan Libur Akhir Tahun

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Nikmati Liburan Akhir Tahun di Berbagai Destinasi Wisata Gratis Kota Paris Van Java

Nikmati Liburan Akhir Tahun di Berbagai Destinasi Wisata Gratis Kota Paris Van Java

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Masuk Daftar Kota Terbaik Dikunjungi 2024, Jakarta Punya Destinasi Menarik untuk Libur Akhir Tahun

Masuk Daftar Kota Terbaik Dikunjungi 2024, Jakarta Punya Destinasi Menarik untuk Libur Akhir Tahun

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Sumba Jadi Destinasi Terbaik Dikunjungi 2024, Tempat Tepat untuk Libur Akhir Tahun 

Sumba Jadi Destinasi Terbaik Dikunjungi 2024, Tempat Tepat untuk Libur Akhir Tahun 

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”

Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Libur Sekolah Telah Tiba, Ini Sederet Inspirasi Road Trip Seru ke Jawa Tengah

Libur Sekolah Telah Tiba, Ini Sederet Inspirasi Road Trip Seru ke Jawa Tengah

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com