KOMPAS.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, sektor pariwisata akan tumbuh berkembang seiring dengan adanya pembangunan infrastruktur.
Pasalnya, infrastruktur akan mempermudah orang bergerak. Pergerakan orang, kata dia, selalu diikuti dengan pergerakan barang, jasa, dan uang.
Perjalanan wisata sendiri identik dengan pergerakan orang dari satu kota ke kota lain atau satu negara ke negara lain.
“Maka ketika Pak Jokowi memutuskan membangun infrastruktur, di situlah pariwisata juga start bergerak,” ungkap Arief dalam keterangan tertulis, Senin (24/6/2019).
Bagi Arief, infrastruktur tidak hanya jalan tol, tapi juga bandara dan pelabuhan.
Dengan semakin lengkapnya fasilitas bandara dan pelabuhan, akses ke destinasi wisata pun semakin terbuka.
Contohnya, Saloka Theme Park yang diresmikan oleh Menpar pada Sabtu (22/6/2019) lalu.
Arief menilai, destinasi wisata yang berlokasi di Tuntang, Rawa Pening, Kabupaten Semarang itu memiliki potensi besar karena didukung akses yang mudah.
"Ke Semarang kurang dari 1 jam. Salatiga 20 menit. Solo dan Jogja juga masih kurang dari 2 jam via tol, yang sudah menyambung semua kota dengan bagus,” ujar dia.
Contoh lainnya adalah program #PesonaMudik2019 yang berlangsung lancar dan menyenangkan untuk para pemudik.
Program tersebut menyajikan informasi terbaru tentang 10 Top Destinasi, 10 Top Kuliner, dan 10 Top Events selama libur Lebaran, yang dapat menjadi referensi pemudik saat berwisata di kampung halaman.
“Bahkan lomba instagram foto semula kami targetkan 10.000, bisa tembus di angka 34 ribu lebih,” tutur Arief.
Capaian sektor pariwisata
Selama empat tahun berturut-turut, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) terus meningkat.
Pada 2016, jumlah wisman berada di kisaran angka 12 juta.
Jumlah itu naik 21,88 persen pada 2017 menjadi 14 juta wisman. Sementara itu, pada 2018 jumlahnya naik lagi menjadi 15,8 juta wisman.
Capaian luar biasa juga terjadi pada program branding Wonderful Indonesia. Dari tidak berperingkat, kini posisinya naik hingga menduduki peringkat ke-47 dunia.
Sejak 2016, program itu pun berhasil meraih banyak penghargaan.
Misalnya, pada 2016 program itu diganjar 46 penghargaan pada berbagai event di 22 negara. Tahun 2017, program Kemenpar tersebut mendapat 27 penghargaan di 13 negara.
Tahun 2018 lalu, program itu juga meraih 66 penghargaan dari berbagai acara di 15 negara. Bahkan, hingga Maret 2019, Wonderful Indonesia telah menerima 11 penghargaan lewat berbagai ajang pengharagaan di 6 negara.
Sementara itu, terkait daya saing pariwisata Indonesia atau The Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), peringkat Indonesia juga terus meningkat. Pada 2015 berada di peringkat 70, di 2017 posisinya naik menjadi rangking 42.
Bahkan, pariwisata Indonesia menempati peringkat ke-9 dalam 10 besar pariwisata dunia versi The World Travel & Tourism Council (WTTC).
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun menorehkan berbagai prestasi, seperti The Best Ministry Of Tourism level Asia Pasifik di ajang TTG Travel Awards 2018 dan The Best Marketing Minister Tourism of ASEAN dari Philip Kotler.
Peningkatan devisa
Berbagai capaian tersebut berdampak pada pernerimaan devisa pariwisata yang meningkat tajam. Tahun 2016 devisa pariwisata mencapai 13,5 miliar dollar AS per tahun.
Kemudian, Arief melanjutkan, penerimaan meningkat menjadi 16,8 miliar dollar AS pada 2017.
Sementara itu, Kemenpar mempoyeksikan perolehan devisa pariwisata sebesar 17,6 miliar dollar AS pada 2018.
"Sektor pariwisata diproyeksikan mampu menjadi penyumbang devisa nomor satu pada 2019, produk domestik bruto sebesar 15 persen. Artinya menghasilkan sekitar Rp 280 triliun bagi devisa negara." terang Arief.
Dia menambahkan, sektor pariwisata diproyeksikan mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan demikian, sektor pariwisata dapat menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019.