Hotel-hotel di Karo Siap Promosikan Kuliner Tradisional

Kompas.com - 03/06/2019, 12:07 WIB
Anissa Dea Widiarini,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Sejumlah penari menampilkan tarian tradisional Karo saat berlangsung Pesta Budaya Mejuah-Juah, di Brastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Kamis (26/10/2017). Pesta Budaya Karo yang diikuti ribuan masyarakat tersebut menampilkan tarian dan kesenian budaya suku Karo.ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA Sejumlah penari menampilkan tarian tradisional Karo saat berlangsung Pesta Budaya Mejuah-Juah, di Brastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Kamis (26/10/2017). Pesta Budaya Karo yang diikuti ribuan masyarakat tersebut menampilkan tarian dan kesenian budaya suku Karo.

KOMPAS.com - Indonesia dikenal memiliki ribuan kuliner khas dari berbagai daerah. Salah satunya dari Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Kabupaten yang terletak di dekat Bukit Barisan ini memiliki beragam kuliner otentik, seperti Tasak Telu dan Cipera.

Tasak Telu merupakan hidangan yang terdiri dari 3 komposisi utama, daging ayam rebus, kuah kental, dan sayur cincang.

Ayamnya direbus menggunakan bumbu rempah. Air rebusannya disisihkan dan disajikan sebagai kuah atau sup. 

Sementara itu, sayur cincang terdiri dari kacang panjang, batang pisang, jantung pisang, daun pepaya, daung singkong, dan tauge. Semuanya lalu diurap menggunakan parutan kelapa berbumbu.

Untuk Cipera juga menggunakan potongan daging ayam kampung dengan leher, sayap, kaki, hati, dan ampela. Komposisi ini dimasak dalam tepung jagung sampai empuk plus berkuah kental.

Tepung jagung itulah yang disebut sebagai Cipera. Makanan ini memiliki cita rasa pedas dan asam yang berasal dari tuba atau andaliman serta asam cikala.

Karena cita rasa yang unik dan otentik itu, Tasak Telu dan Cipera akan digunakan sebagai sarana untuk menarik kunjungan wisatawan ke Karo. Caranya, dengan menyajikannya sebagai hidangan di hotel-hotel di daerah Karo. 

Dengan kehadiran kuliner khas Karo di hotel-hotel tersebut, diharap dapat memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawan. 

Implementasinya pun telah dibahas dalam Forum Group Discussion (FGD) Kesepahaman Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja pada 23 Mei 2019 lalu, di Grand Mutiara Hotel, Brastagi, Karo, Sumatera Utara.

FGD yang digelar oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu mendapat sambutan baik. Sejumlah hotel di Karo, berkomitmen untuk menyediakan kuliner tradisional

Perwakilan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karo Dickson Pelawi mengungkapkan, kuliner tradisional Karo telah siap masuk ke hotel-hotel.

Menurutnya, dahulu kuliner tradisional pernah dikenalkan melalui penginapan-penginapan. Setelah FGD, hal tersebut dapat dilakukan kembali. 

“Pun demikian dengan hotel-hotel. Untuk hotel, menu tradisional bisa di-setting untuk makan malam. Komposisinya tentu diserahkan kepada masing-masing hotel,” kata Dickson dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (3/6/2019).

Dari FGD itu, Brastagi akan mengangkat 10 jenis kuliner otentiknya. Di antaranya Cipera, Bohon Bohon, Lemang Lemang, Tasak Telu, Pagit Pagit, juga Lomok Lomok. Ada juga Panggang, Cincang Bulung Gadung, Gule Berek, atau Cibet Nurung Cikala.

Selain itu, Brastagi mengenalkan pula kembali 12 kue khasnya, misalnya Cimpa Unung Unung, Cimpa Tuang, Cimpa Matah, Lemet, Onggal Onggal, Jong Labar.

Sarana promosi ideal

Pemilihan hotel sebagai sarana promosi kuliner khas Karo bukan tanpa alasan. Sebab, hotel di Karo mengalami pertumbuhan kompetitif. 

Pada 2017, jumlah hotel di Karo mencapai 104 hotel. Ketersediaan kamarnya mencapai 2.206 kamar. Jumlah tersebut naik dari tahun 2016.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, kenaikan jumlah hotel itu membuat hotel menjadi sarana ideal untuk mempromosikan kuliner khas Karo. 

“Jumlahnya sangat besar dan grafiknya rata-rata naik. Dengan daya tarik ini, diharapkan kunjungan wisatawan naik. Masa tinggal rata-ratanya menjadi lebih lama di Karo,” ucapnya.

Untuk itu, menurut Giri, sudah seharusnya kuliner khas Karo diberi ruang besar kepada publik.

Mengacu komposisi terakhir, rata-rata okupansi hotel di Karo mencapai 40 persen. Untuk masa tinggalnya rata-rata hanya 18 jam. Ini berarti kebanyakan wisatawan hanya singgah di Karo. 

Padahal menurut data tahun 2017, sebenarnya pergerakan wisatawan di Kawasan Danau Toba cukup kompetitif. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 162.700 dengan lama tinggal 2,06 hari.  

Sementara itu, wisatawan nusantara (wisnus) berjumlah 3,03 juta orang dengan rata-rata waktu tinggal selama 1,39 hari. 

Upaya promosi ini pun didukung oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menurutnya, Karo memiliki potensi kuliner tradisional yang sangat besar untuk dikembangkan. Sebab, dapat menjadi ciri dari destinasi bersangkutan.

“Kuliner juga memegang fungsi penting dalam sebuah destinasi. Bila didorong, akan ada value ekonomi yang bisa dinikmati oleh hotel,” pungkas Arief.

Terkini Lainnya
Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”
Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Libur Sekolah Telah Tiba, Ini Sederet Inspirasi Road Trip Seru ke Jawa Tengah
Libur Sekolah Telah Tiba, Ini Sederet Inspirasi Road Trip Seru ke Jawa Tengah
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bosan dengan Bali? Ini 3 Destinasi Wisata di Lombok yang Wajib Dikunjungi
Bosan dengan Bali? Ini 3 Destinasi Wisata di Lombok yang Wajib Dikunjungi
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
6 Rekomendasi Glamping Terbaik di Indonesia untuk Liburan Makin Seru
6 Rekomendasi Glamping Terbaik di Indonesia untuk Liburan Makin Seru
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
5 Playground Terbaik di Surabaya, Cocok untuk Bermain bersama Buah Hati
5 Playground Terbaik di Surabaya, Cocok untuk Bermain bersama Buah Hati
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Tingkatkan Pertumbuhan Pariwisata, Menparekraf/Kabaparekraf Luncurkan Program Karisma Event Nusantara 2024
Tingkatkan Pertumbuhan Pariwisata, Menparekraf/Kabaparekraf Luncurkan Program Karisma Event Nusantara 2024
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Hadiri Penghargaan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Menparekraf: Terima Kasih Seluruh Penggerak Desa Wisata
Hadiri Penghargaan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Menparekraf: Terima Kasih Seluruh Penggerak Desa Wisata
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Praktisi Desa Wisata Apresiasi Pendampingan Langsung Program KSW 5.0 di Desa Wisata
Praktisi Desa Wisata Apresiasi Pendampingan Langsung Program KSW 5.0 di Desa Wisata
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Optimalkan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Kemenparekraf Gelar Festival Sadar Wisata
Optimalkan Kampanye Sadar Wisata 5.0, Kemenparekraf Gelar Festival Sadar Wisata
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
5 Bukit Cantik di Mandalika, Bisa Lihat Pantai sampai Sirkuit MotoGP
5 Bukit Cantik di Mandalika, Bisa Lihat Pantai sampai Sirkuit MotoGP
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kaya Rempah, 7 Kuliner Legendaris Ini Wajib Dicoba Saat Berkunjung ke Mandalika
Kaya Rempah, 7 Kuliner Legendaris Ini Wajib Dicoba Saat Berkunjung ke Mandalika
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
4 Destinasi Memukau di Sekitar Mandalika, Ada Gili Nanggu hingga Desa Sade
4 Destinasi Memukau di Sekitar Mandalika, Ada Gili Nanggu hingga Desa Sade
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kerak Telor hingga Putu Mayang, Jajanan Betawi Jadi Hidangan Penutup KTT Ke-43 ASEAN
Kerak Telor hingga Putu Mayang, Jajanan Betawi Jadi Hidangan Penutup KTT Ke-43 ASEAN
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kemenparekraf Suguhkan 3 Kopi Arabika Asal Indonesia untuk Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Kemenparekraf Suguhkan 3 Kopi Arabika Asal Indonesia untuk Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Menparekraf Rekomendasikan Belitung sebagai Post-Event Trip Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Menparekraf Rekomendasikan Belitung sebagai Post-Event Trip Delegasi KTT Ke-43 ASEAN
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bagikan artikel ini melalui
Oke