Ke Konser Perbatasan Atambua 2019, Jangan Lupa Berburu Tais Belu

Kompas.com - 04/03/2019, 16:17 WIB
Alek Kurniawan,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi


KOMPAS.com –
Konser Musik Perbatasan Atambua (KMPA) 2019 akan segera digelar pada 8-9 Maret mendatang. Bagi Anda yang hendak berniat untuk menyambangi acara tersebut, ada baiknya Anda mulai menggali informasi tentang Atambua.

Pasalnya, kota yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini memiliki segudang pesona yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari destinasi wisata hingga berbagai macam suvenir sebagai buah tangan.

Nah, bila berbicara mengenai buah tangan asal Atambua, maka sebaiknya Anda tak boleh melewatkan kain tenun yang diberi nama Tais Belu.

“Atambua sangat kaya. Mereka memiliki culture dan nature yang luar biasa. Begitu juga dengan manmade-nya (suvenir buatan manusia). Seperti Tais Belu, kainnya indah dengan motif khas sehingga cocok digunakan untuk cenderamata,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani sesuai rilis tertulis yang Kompas.com terima, Senin (4/3/2019).

Sebagai informasi, Tais Belu masuk dalam jenis tenun ikat, lotis atau sotis, dan buna.

Baca juga: Berlibur ke NTT, Jangan Lupa ke Atambua!

Tasi Belu memiliki dua varian besar, yaitu Tais Futus dan Tais Soru. Untuk Tais Futus, ciri khasnya kainnya ikat bersulam. Beda dengan Tais Soru yang berupa kain tenunan pada umumnya.

Namun, apapun variannya, Tais Belu kerap diidentikkan dengan pakaian keseharian serta busana pesta masyarakat NTT.

Untuk pemakainya, kain tenun ini bisa digunakan pria maupun wanita. Buat pria, Tais Belu memakai tenun putih polos dan bergaris hitam-putih. Kainnya tanpa rumbagi.

Adapun untuk kaum wanita, kain tenun ini menggunakan warna hitam. Warna hitam di sini digunakan sebagai simbol malam, arah utara, dan lambang kaum wanita.

Kemudian, untuk warna merah yang identik dengan kaum pria, representasinya adalah siang dan arah selatan.

“Masyarakat Belu sangat bangga mengenakan kain ini. Tenun itu sudah menyatu dalam kehidupan mereka. Tais selalu dikenakan sehari-hari oleh masyarakat dengan penuh kebanggaan,” kata Rizki.

Kemudian, bila berbicara tentang motif, kain ini memiliki motif abstrak dan kecil. Sebagai gambaran, kaum pria lebih identik dengan Tais bermotif garis vertikal. Ha ini sebagai makna dari tanggung jawab sebagai kepala dari sebuah keluarga.

Namun, bila dilihat dari jenis coraknya, Tais Belu terbagi menjadi tiga macam, yakni Surolos, Nee Latek, dan Foit. Untuk Surolos adalah tenunan biasa putih polos, sedangkan Tais Nee Latek berbentuk tenun hitam putih.

Lalu untuk jenis Tais Foit terbagi lagi menjadi empat varian. Ada Tenun Cungkil Dadonan Mesak (Cungkil 1 Lidi), Oa Tonan Rua (Cungkil 2 Gigi), dan Amarasi dengan Motif Isin (Mata Tombak). Selain itu ada pula Tais Foit Karau Ukur (Tanduk Kerbau) dan Tais Marobo atau motif Sasuit (Sisir). 

“Ada beragam jenis Tais yang dihasilkan. Mulai dari selendang, kain, hingga berbentuk sarung. Semua bentuk yang ditawarkan unik. Lebih dari itu, wisatawan juga bisa belajar singkat cara membuat Tais yang luar biasa ini,” tutur wanita yang biasa disapa Kiki itu.

Baca juga: Tari Likurai dan Sasando Jadi Pemuka Konser Perbatasan Atambua 2019

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, terlepas dari berbagai macamnya jenis corak dan varian, Tais Belu merupakan warisan terbaik budaya NTT.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani (paling kiri) mengatakan, Tais Belu merupakan kain indah dengan motif khas sehingga cocok digunakan untuk cenderamataDok. Humas Kemenpar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani (paling kiri) mengatakan, Tais Belu merupakan kain indah dengan motif khas sehingga cocok digunakan untuk cenderamata
“Mengekplorasi Tais Belu tentu menjadi experience tersendiri bagi para pengunjung KMPA 2019. Wisman bisa mendapatkan banyak pengetahuan baru dari kain legendaris ini. Tais Belu merupakan warisan terbaik. Sentra-sentra perajin Tais Belu juga tidak jauh dari venue KMPA 2019,” kata Ricky.

Selain itu, kelebihan lainnya dari Tais Belu adalah konsep eco-fashion yang tetap dilestarikan. Asal tahu saja, pewarnaan kain tenun ini masih dilakukan secara alami. Komposisi pewarnaannya pun dihasilkan dari daun jati, batang mahoni, traum (indigo vera), daun suji, kunyit, dan akar mengkudu. 

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan bahwa Tais Belu adalah sebuah peradaban yang mestinya harus dilestarikan dan dijaga bersama.

“Tais Belu menjadi daya tarik wisata menarik dari Atambua. Tenun ini berhasil melewati seleksi alam dan bertahan hingga saat ini dengan nuansa tradisionalnya. Hanya karya terbaiklah yang bisa bertahan lama dan karakter ini dimiliki Tais Belu,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa para pengunjung bisa berburu Tais Belu di Atambua.

“Jadi, selain bergembira di KMPA 2019, para pengunjung juga bisa mengekplorasi peradaban dari Tanah Timor ini bersama,” pungkasnya.

Terkini Lainnya
Jelajahi Petualangan Raga dan Rasa di Balik Kemegahan Borobudur

Jelajahi Petualangan Raga dan Rasa di Balik Kemegahan Borobudur

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Dari Ekowisata hingga Spa Rempah Lokal: Perjalanan Menyenangkan di Likupang

Dari Ekowisata hingga Spa Rempah Lokal: Perjalanan Menyenangkan di Likupang

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Destinasi “Healing” di Mandalika, Perpaduan Kearifan Lokal dan Keindahan Alam

Destinasi “Healing” di Mandalika, Perpaduan Kearifan Lokal dan Keindahan Alam

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Menpar Imbau Pengelola Destinasi Wisata Patuhi Aturan Perizinan

Menpar Imbau Pengelola Destinasi Wisata Patuhi Aturan Perizinan

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Kinerja Pariwisata Indonesia 2024 Positif, Sumbang Devisa 12,63 Miliar Dollar AS hingga Raih 67 Penghargaan

Kinerja Pariwisata Indonesia 2024 Positif, Sumbang Devisa 12,63 Miliar Dollar AS hingga Raih 67 Penghargaan

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Cocok untuk Libur Akhir Tahun, Pantai Kelingking Jadi Pantai Terbaik di Asia pada 2024 

Cocok untuk Libur Akhir Tahun, Pantai Kelingking Jadi Pantai Terbaik di Asia pada 2024 

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Libur Akhir Tahun di Borobudur, Ini Cara Beli Tiketnya

Libur Akhir Tahun di Borobudur, Ini Cara Beli Tiketnya

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bali Dipilih sebagai Tempat Favorit Wisatawan, Cocok Jadi Tempat Libur Akhir Tahun

Bali Dipilih sebagai Tempat Favorit Wisatawan, Cocok Jadi Tempat Libur Akhir Tahun

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bingung Cari Destinasi Wisata Akhir Tahun? Coba Kunjungi Pantai Pasir Timbul Mansuar di Raja Ampat

Bingung Cari Destinasi Wisata Akhir Tahun? Coba Kunjungi Pantai Pasir Timbul Mansuar di Raja Ampat

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bali Destinasi Honeymoon Terbaik 2024, Tempat Tepat Pasutri Habiskan Libur Akhir Tahun

Bali Destinasi Honeymoon Terbaik 2024, Tempat Tepat Pasutri Habiskan Libur Akhir Tahun

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Nikmati Liburan Akhir Tahun di Berbagai Destinasi Wisata Gratis Kota Paris Van Java

Nikmati Liburan Akhir Tahun di Berbagai Destinasi Wisata Gratis Kota Paris Van Java

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Masuk Daftar Kota Terbaik Dikunjungi 2024, Jakarta Punya Destinasi Menarik untuk Libur Akhir Tahun

Masuk Daftar Kota Terbaik Dikunjungi 2024, Jakarta Punya Destinasi Menarik untuk Libur Akhir Tahun

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Sumba Jadi Destinasi Terbaik Dikunjungi 2024, Tempat Tepat untuk Libur Akhir Tahun 

Sumba Jadi Destinasi Terbaik Dikunjungi 2024, Tempat Tepat untuk Libur Akhir Tahun 

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”

Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Libur Sekolah Telah Tiba, Ini Sederet Inspirasi Road Trip Seru ke Jawa Tengah

Libur Sekolah Telah Tiba, Ini Sederet Inspirasi Road Trip Seru ke Jawa Tengah

Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com