Pemerintah Optimistis Turunkan Angka Stunting Hingga 2019

Kompas.com - 03/10/2017, 18:56 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

Warga sedang menimbang balita di bawah pohon di Kampung Kofin, Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT.Kompas.com/ Sigiranus Marutho Bere Warga sedang menimbang balita di bawah pohon di Kampung Kofin, Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT.

KOMPAS.com - Dalam The Copenhagen Consensus 2012, para ekonom terkenal dunia telah mengidentifikasi cara paling cerdas mengalokasikan uang untuk menghadapi 10 tantangan utama dunia yaitu dengan melakukan investasi untuk perbaikan status gizi penduduk.

Mereka percaya, dengan berinvestasi 1 dollar AS pada gizi akan dapat menghasilkan uang kembali sebesar 30 dollar AS bagi upaya peningkatan kesehatan, pendidikan, dan produktivitas ekonomi.

Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Sigit Priohutomo mengatakan, investasi untuk perbaikan gizi masyarakat harus dilakukan multisektoral.

Pemerintah melalui Perpres No.42/2013 tentang Percepatan Perbaikan Gizi sejauh ini telah mengatur langkah sinergis yang dapat dijalankan untuk investasi gizi itu.

Baca: Optimisme Pemerintah Atasi Stunting pada Anak

Koordinasi dan sinkronisasi percepatan perbaikan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK)," kata Sigit di kantor Kemenko PMK, Senin (2/10/2017).

Investasi gizi dalam pembangunan kesehatan amat penting, sebab gizi dapat membantu memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) negara sebesar 2 hingga 3 persen per tahun.

Saat ini, kondisi stunting (bertubuh pendek) pada balita Indonesia terjadi secara luas tetapi dengan disparitas yang tinggi. Pemerintah menetapkan 100 kabupaten prioritas untuk pengurangan angka stunting. Selanjutnya, ada 200 kabupaten lagi yang akan ditangani.

Stunting tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah dengan jumlah mencapai 16,9 persen dan terendah ada di Sumatera Utara dengan 7,2 persen. Secara nasional, stunting rata-rata terjadi hingga 10,2 persen.

Baca: Lima Langkah Pemerintah Atasi Ketimpangan Sosial

Selain itu, ada juga kejadian wasting (bertubuh kurus) yang secara nasional mencapai angka 12,1 persen. Ssementara, saat hamil banyak ibu hamil di Indonesia yang mengalami anemia dengan angka yang mencapai 37,1 persen.

Kementerian PPN/Bappenas mencatat, Indonesia termasuk ke dalam 17 negara yang mengalami beban ganda permasalahan gizi, berdasarkan Global Nutrition Report pada 2014.
Berdasarkan data tersebut 9 juta dari 159 juta anak stunting di seluruh dunia, tinggal di Indonesia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, stunting menyebar di seluruh wilayah dan lintas kelompok pendapatan.

“Intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif menjadi kerangka penanganan stunting,” katanya saat diskusi Forum Merdeka Barat 9 di kantor Kementerian Kominfo, Jumat (8/9/2017) lalu.

Baca juga: Pembangunan yang Merata, Inilah yang Mempersatukan Indonesia!

Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) mencapai 37,2 persen.

Menurut dia, besarnya angka stunting merupakan masalah yang sangat serius. Sebab, angka itu jauh di atas batas ambang yang diperkenankan di setiap negara yakni sebesar 20 persen.

Tercatat 15 provinsi dengan angka stunting di atas 40 persen lima provinsi dengan angka stunting kurang dari 30 persen, dan tidak ada provinsi dengan angka stunting yang kurang dari 20 persen.

Menurut Sigit, faktor utama tingginya masalah stunting di Indonesia salah satunya adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun.

Ia menjelaskan, kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat lagi diperbaiki. Investasi gizi pada 1000 hari pertama kehidupan merupakan kewajiban yang tak bisa ditawar.

Aplikasi mPosyandu digunakan untuk mendata sekaligus memantau tumbuh kembang anak.Dian Maharani/Kompas.com Aplikasi mPosyandu digunakan untuk mendata sekaligus memantau tumbuh kembang anak.

“Fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, yang dimulai saat kehamilan hingga anak berusia dua tahun, merupakan periode yang sangat penting dalam pencegahan stunting,” katanya.

Selain itu, kurang gizi juga dapat menyebabkan kemiskinan. Pertumbuhan otak anak yang kurang gizi tidak akan optimal sehingga akan berpengaruh pada kecerdasannya di masa depan. Dengan demikian, peluang kerja dan mendapatkan penghasilan lebih bakal lebih kecil pada anak stunting.

“Di dalam penelitian, pendapatan anak stunting dan anak normal ketika dewasa nanti akan berbeda 20 persen,” katanya.

Target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah menurunkan prevalensi stunting dari status awal 32,9 persen turun menjadi 28 persen pada tahun 2019.

Para warga kampung Nyalindung sedang melakukan penimbangan balita dalam kegiatan Posyandu, Kamis (24/1/20113). Di kampung Nyalindung diadakan kegiatan Ayo Melek Gizi komunitas dalam rangka memeriahkan Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 Januari. Dadang Tri/Sari Husada Para warga kampung Nyalindung sedang melakukan penimbangan balita dalam kegiatan Posyandu, Kamis (24/1/20113). Di kampung Nyalindung diadakan kegiatan Ayo Melek Gizi komunitas dalam rangka memeriahkan Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 Januari.

Berdasarkan data monitoring dan evaluasi Kementerian Kesehatan 2016, prevalensi stunting diperkirakan berada pada 27,5 persen. Artinya, kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting sudah selaras dengan target RPJMN. “Sudah on the track,” kata Sigit.

Sinergi program kementerian/lembaga yang secara regular telah dilaksanakan ialah, peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.

Selain itu, pemerintah terus melakukan sosialisai dan edukasi untuk ASI ekslusif, 4 Sehat 5 Sempurna, dan pernikahan di atas 19 tahun untuk perempuan. Program lainnya yakni penguatan pelayanan kesehatan dasar berkualitas, pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi.

Terkini Lainnya
Negara Terus Hadir Menjamin Perlindungan Kesehatan untuk Rakyat
Negara Terus Hadir Menjamin Perlindungan Kesehatan untuk Rakyat
FMB9
Holding Migas Demi Pemerataan Pembangunan Pipa Gas di Tanah Air
Holding Migas Demi Pemerataan Pembangunan Pipa Gas di Tanah Air
FMB9
Holding BUMN Tingkatkan Daya Saing Nasional
Holding BUMN Tingkatkan Daya Saing Nasional
FMB9
Tiga Skema Pembiayaan Infrastruktur untuk Pemerataan Ekonomi
Tiga Skema Pembiayaan Infrastruktur untuk Pemerataan Ekonomi
FMB9
Pemerintah Fokus Sediakan Listrik di Papua dan NTT
Pemerintah Fokus Sediakan Listrik di Papua dan NTT
FMB9
Pemerintah Terus Bangun Infrastruktur Ketenagalistrikan
Pemerintah Terus Bangun Infrastruktur Ketenagalistrikan
FMB9
Calon Ibu, Sudah Tahu Persiapan Penting untuk 1.000 Hari Pertama Anak?
Calon Ibu, Sudah Tahu Persiapan Penting untuk 1.000 Hari Pertama Anak?
FMB9
Registrasi Kartu SIM Wujudkan Program
Registrasi Kartu SIM Wujudkan Program "Single Identity Number"
FMB9
Registrasi SIM Card Ditargetkan Tuntas Februari 2018
Registrasi SIM Card Ditargetkan Tuntas Februari 2018
FMB9
Bergelut dengan Limbah, Puluhan Ibu di Aceh Tamiang Lebih Produktif
Bergelut dengan Limbah, Puluhan Ibu di Aceh Tamiang Lebih Produktif
FMB9
Kurangi Ketimpangan, Pemerintah Kreatif Gali Dana Infrastruktur
Kurangi Ketimpangan, Pemerintah Kreatif Gali Dana Infrastruktur
FMB9
Puluhan Bandara dan Pelabuhan Ditawarkan untuk Dikelola Swasta
Puluhan Bandara dan Pelabuhan Ditawarkan untuk Dikelola Swasta
FMB9
Soto, Kopi, dan Tenun Jadi Ikon Indonesia
Soto, Kopi, dan Tenun Jadi Ikon Indonesia
FMB9
Pekerja Kreatif Menjadi Penggerak Ekonomi Indonesia di Masa Depan
Pekerja Kreatif Menjadi Penggerak Ekonomi Indonesia di Masa Depan
FMB9
Fitur Khusus untuk Jamin Keamanan Masyarakat
Fitur Khusus untuk Jamin Keamanan Masyarakat
FMB9
Bagikan artikel ini melalui
Oke